Pages

Selasa, 26 Januari 2010

Puisi – Puisi Kematian
A. Asis Aji
Tinggal di Sudiang

KAU JANGAN MENANGIS

Aku pergi bukan kupinta
Aku pergi bukan tak sedih
Aku pergi bukan tak cinta
Ini kehendak Illahi tak dapat ditolak
Tugasku sampai disini
Ini lebih baik dari 1000 tahun
Aku memang masih muda, 22 tahun
Tapi jangan kau ukur itu
Karena Tuhan sudah tentukan ini
Aku tahu kau sedih
Aku tahu kau kehilangan
Akupun tahu kau berduka
Tapi satu kupinta demi keselamatanku
Kau jangan menangis
Sudiang, 28 November 2002


KAU TAK PERLU TAHU

Aku lelaki yang tegar
Aku pria yang tabah
Aku pemuda yang sabar
Namun aku adalah Adam yang penuh derita
Kau lihat aku tersenyum itu hanya di bibir
Kau lihat aku gembira itu hanya sandiwara
Kau lihat aku penuh semangat itu hanya dusta
Kau lihat aku banyak canda itu hanya tipuan
Aku tak ingin kau sedih
Aku tak ingin kau berduka
Aku tak ingin kau prihatin
Aku tak ingin kau susah
Deritaku biarlah kutanggung sendiri
Kegagalanku biarlah aku saja yang merasakannya
Harapanku biarlah aku saja yang pendam
Penyakitku biarlah aku saja yang menikmati seorang
Kau tak perlu tahu aku sakit
Kau tak perlu tahu aku menderita
Kau tak perlu tahu aku ggal
Kau tak perlu tahu kalau besok aku akan pergi membawa misteri hidupku

Sudiang, 28 November 2002



PUTIH AKHIR SEGALANYA

Hari belum petang, Siang belum berlalu
Aku masih senja
Namun putih sudah membayang

Daun belum mengering, daun belum menguning
Aku masih kuncup
Namun ranting sudah keropos

Perjuangan belum tuntas, perjalanan belum jauh
Aku masih di sini
Namun putih mengakhiri segalanya

Sudiang, 19 Desember 2002


Tasbih kehidupan

Tiada yang abadi selain keabadian itu sendiri
Tiada yang kekal selain yang awal
Tiada hidup selamanya selain yang tak akan pernah mati selamanya
Jika tak ada keabadian bagiku, lalu mengapa aku takut
Jika tak ada yang kekal mengapa engkau bermaksiat
Jika hidup akan menemui kematian mengapa tak beramal
Hidup boleh dengan harapan Allah ridho dengan hidup ini
Mati pun tidak takut jika Allah ridho
Buat apa hidup jika terhina. Dan merugi mati bila terazab
Lebih baik Hidup mulia atau mati syahid
Maccopa, 29 April 2007









Hidup Hanya Sekali

Akhirnya Akan Mati Juga

Banyak yang mengira bahwa hidup ini adalah tujuan,sungguh kasihan
Mereka berlomba mengisinya dengan kesenangan; memperbanyak harta, bergaul bebas
Subuh yang kelam menapaki kaki mecari rejeki, lalu mengabaikan sholat shubuh, katanya tidaka ada waktu, sungguh merugi
Saling pamer titel, sombong dengan gelar, arogansi intelektual namun miskin ibadah rendah ahlak terpuruk moral, tak ada gunanya. Semua sia-sia.

Apa yang mesti disombongkan. Kekayaan? Seberapa kayanya kamu?
Kecerdasan? Apa bukti. Apa yang pernah dibuat?
Sungguh merugi.
Yang kaya dan yang miskin, yang cerdas dan yang bodoh, yang cantik dan yang jelek, semua akan mati.
Yang lalu apa yang mesti dibanggakan, akhirnya akan mati juga.

Entri Populer