Pages

Rabu, 16 Juni 2010

Allah Ghayatuna, menuntut ilmu dengan ikhlas
Oleh : Jumardi*

Wahai anak dengarlah madah
Menuntut ilmu janganlah lengah
Supaya kelak hidup tak susah
Kepada Allah mohonkan berkah

Wahai anak kekasih ayah
Cari olehmu ilmu berfaedah
Supaya jua tidak semenggah
Kepada Allah engkau berserah

Wahai ananda cahaya mata
Ilmu dituntut menjadi pelita
Supaya menjauh gelap gulita
Supaya kelak hidupmu bahagia

Begitulah Tenas Effendi mengajarkan kita dalam tunjuk ajar melayu. Mengajarkan bagaimana mencintai ilmu pengetahuan. Maka dengarlah madah, ia ingin memberi tahumu agar jangan lengah menuntut ilmu. “Menuntutlah, bukan mengoleksi ilmu”, kata K.H Rahmat Abdullah, melainkan kau harus pandai menjadikan amal, agar kelak hidupmu tidak sia-sia dengan menjadi susah. Kejarlah Allah, niscaya Allah akan mengejarmu lebih kencang lagi dari kejaranmu. Itulah tujuanmu, tempatmu memohon pertolongan dan berkah. Allah Ghayatuna adalah inti dari jerih payahmu hingga kau bermandi peluh menggapainya.
Wahai anak kekasih ayah, Ilmu Allah bertebaran di muka bumi ini. Tak mungkin sanggup engkau menggapainya ataupun sekedar menemukan semuanya. Apalagi nafsu di dirimu dengan ditambah musuh nyata yang berada di samping kanan dan kirimu, belakang dan depanmu, serta mengintip di bawah setiap langkah amalmu. Dialah Iblis musuh nyatamu, yang dinyatakan Allah dalam kitab pedomanmu, juga wasiat yang kau pegang dari Rasulmu, nabi Muhammad saw. Musuhmu itu akan selalu dekat dan mendekat denganmu sedekat desiran aliran darahmu. Maka dari itu, kepandaian memilih dalam pencarian merupakan sebuah keniscayaan bagimu. Ilmu dengan kepahaman dan landasan iman. Karena dengan kekhilafan yang telah membaku dalam dirimu memungkinkan engkau akan tersesat di tengah pencarianmu itu. Maka berhati-hatilah, carilah yang sesuai dengan hati nuranimu dengan tetap memohon kepada pembuat nuranimu. Ilmu yang bermanfaat atau berfaedah sungguh mudah ditemukan, tapi pemanfaatan dari manfaat itulah yang menjadi pembelok tujuanmu. Maka camkanlah kalimat ini “ Allah Ghayatuna”, Allahlah tujuan kita. Apapun amalnya.
Engkau pasti ingin hidup di akhirmu menjadi kehidupan yang membuat gigi geraham menaik, bibir terbuka, dan mulutmu menganga. Tapi tidak untuk waktu lama dan tidak semuanya, cukup kau menyunggingkan senyum kala itu. Senyuman yang menentramkan batinmu dari segala pencarian yang lelah kau lalui. Mungkin kau akan teringat gelapnya hutan-hutan rimba yang menyelimuti langkah. Kau mengharapkan pelita hatimu menyala dengan abadi, sehingga kau bisa tersenyum, berpadu pada tujuanmu, Allah ghayatuna.
Tapi kau juga jangan lupa, dan terus harus kau ingat bahwa senyum mu bukanlah akhir dari pencarianmu, dan kau mesti mencari lagi sampai pencarianmu lelah mencari tujuannya, sehingga kau dengan leluasa menunjuk tujuan mana yang kau inginkan, maka itu camkan kata-katamu bahwa Allah ghayatuna.
Engkau menyerahkan segalanya pada-Nya. Lelahmu, keluhmu, kesahmu, resahmu, peluhmu, demam mu, senyum mu, tawamu, dan jangan galakmu. Harta tidaklah memberatkan bagimu untuk kau korbankan dalam pencarianmu. Namun nampaknya kau sedikit enggan melepas jiwamu, karena nafsumu mengatakan “ kau tidak akan bisa lagi tersenyum jika kau lakukan itu, kau mati, tak berdaya membuka mulutmu untuk menampakkan gerahammu, bahkan serimu” . Tapi sebentar saja setelah itu, kau dapat mengalahkannya karena kau tahu orang yang terbunuh di jalan Allah itu tidaklah mati. Sehingga kau masih bisa tersenyum dan menyerahkan pencarianmu pada-Nya walaupun kau sudah menemukannya, tidak mencarinya lagi. Allah Ghayatuna, kau teringat itu.
Wahai ananda cahaya mata. Setelah kau benar-benar mantap dalam tujuanmu, ternyata budak-budak jahil itu tidak senang padamu. Dia mulai memasang perangkap yang lain, dia ingin membuat gelap pandanganmu, pandangan hatimu ( bashirah ). Entah berapa kali perangkap itu diperuntukkannya untukmu, namun, kau tetap teguh dalam pendirianmu, karena kau sudah tahu, kau sudah menemukannya, Allah ghayatuna, sehingga menguatkan keyakinanmu bahwa Allah memiliki cahaya yang tidak bisa dipadamkan oleh siapapun, termasuk budak-budak jahil itu. Karena Allah menghendakimu. Budak-budak jahil itu kalah lagi denganmu. Semua itu berkat ketulusanmu pada “Allah ghayatuna”.
Sekarang aku meyakini bahwa kau bebas dari tidak bisa tersenyum. Tersenyumlah sesukamu, kapan dan dimanapun kau mau. Karena kau belajar ilmu dengan ikhlas, hanya karena Rabb mu yang menjadikan kau bisa tersenyum tulus keimanan.
Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan
( QS. Al-Mujadilah : 11)
Aku bahagia dan tersenyum melihat derajatmu terangkat. Diangkat oleh yang maha tinggi pangakatnya. Allah Ghayatuna.

*jumardi
Ketua umum al-Fata al-Muntazhar
Fakultas Ushuluddin UIN SUSKA Riau

Harapan buat bulletin fata:
Allahamdulillah , rasa syukur tak terkira bisa membaca sendiri bulletin yang dibuat langsung oleh al-Fata al-Muntazhar ini. Banyak sekali hal yang mesti kita tuangkan dalam bentuk tulisan, tidak sibuk dengan suara lantang namun tak terkesan. Mudah-mudahan, walaupun ini hanyalah kerja-kerja kecil menurut yang tak memahami arti sebuah ketulusan kecil. Namun, saya yakin kerja-kerja kecil yang tulus inilah yang lebih disukai oleh Allah, dengan sarat berkelanjutan. Salut dengan al-Fata al-Muntazhar!!, semoga eksis kecil abadi menjadi kesuksesan yang besar. Keep your istiqamah, keep on jihad.Amin
Hantu Kampus

Oleh: Jumardi


Siapa yang bertanggung jawab jika citra baik kampus ternodai?, apa yang mesti ditindaklanjuti jika sudah nyata siapa yang menodai?
Banyak cara—sebagaimana yang kita ketahui—oleh orang-orang yang berkeinginan dengan nafsunya, bisa kita bayangkan kalau dua keinginan bergabung menjadi satu—keinginan emosional dan nafsu dari keinginan emosional itu sendiri—tentulah akan menjadi parah jika diperkeruh oleh tergabungnya antara keinginan dengan nafsunya dengan keinginan dengan nafsu yang sama.
Inilah hantu kampus yang dikamsud, ketergabungan hawa nafsu yang tidak terkontrol, yang terorganisir secara sistematis, yang ironinya diperankan oleh orang yang kalah dalam pengontrolannya itu. Jadinya adalah, menjadi hantu, karena ia berdiam di kampus makanya menjadi hantu kampus.
Hantu kampus sangat ditakuti oleh orang yang menanam bibit keimanan yang sedikit, penjagaan yang minim, sehingga ia tumbuh sedikit dan yang sedikit itupun menjadi layu, sehingga tidak bisa dimanfaatkan untuk kebaikan, sehingga daripada tidak berguna dimanfaatkanlah untuk kebalikannya, kerusakan dan ulat-ulat penghancur. Tetapi, ia tidak mau dilecehkan dan diremehkan, maka ia berkeingginan menjadi super kejahatan, dan ia berkesimpulan bahwa super kejahatan itu adalah hantu, karena ia berdiam di kampus maka ia disebut hantu kampus.
Tapi hantu hanyalah hantu, oleh orang yang menanam bibit keimanan yang unggul dan banyak, penjagaan yang ketat, sehingga ia tumbuh lebih berkualitas, hantu hanyalah hantu, pupuk bagi mereka untuk menyuburkan tanamannya, maka ia diridhai dan di sukai banyak pembeli. Tanamanan yang unggul pastilah banyak memberikan manfaat dan bisa mengalahkan yang layu, sehingga yang unggul dan baik selalu dicari-cari dan yang layu, walaupun tetap dingat, tapi tetap menjadi pelecehan orang, sehingga semakin bertambah terkenal ia, maka semakin banyak pelecehan untuknya.
Tanaman yang unggul inilah yang menjadi malaikat, karena malaikat selalu unggul, karena ia diam di kampus, maka ia disebut malaikat kampus.
Karena hantu dan malaikat berdiam di tempat yang sama, yang satu tidak mau kalah, yang satunya selalu mengalahkan. Mereka akan tetap bertarung, walau yang kalah terus kalah, yang menang teus menang[]
BAB I
PENDAHULUAN


Tunjuk ajar adalah segala jenis petuah, petunjuk, nasihat, amanah, pengajaran, dan contoh teladan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dalam arti luas. Menurut orang tua-tua Melayu, “Tunjuk ajar melayu adalah segala petuah, amanah, suri teladan, dan nasihat yang membawa menusia ke jalan yang lurus dan diridhoi Allah, yang berkahnya menyelamatkan manusia dalam kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat” .
Bagi orang Melayu, tunjuk ajar harus mengandung nila-nilai luhur agama Islam dan juga sesuai dengan budaya dan norma-norma sosial yang dianut masyarakatnya. Orang tua-tua mengatakan “di dalam tunjuk ajar, agama memancar”, atau “di dalam tunjuk ajar Melayu, tersembunyi berbagai ilmu”.
Kandungan isi tunjuk ajar tidak dapat diukur atau ditakar, apalagi tunjuk ajar sendiri terus berkembang sejalan dengan kemajuan masyarakatnya. Hakikat isi tunjuk ajar tidaklah kaku dan tidak mati, tetapi terus hidup, terbuka, dan terus mengalir bagaikan gelombang air laut. Perubahan yang terus berlangsungdalam kehidupan masyarakat tidak menyebabkan kandungan isi tunjuk ajar “ketinggalan zaman”, karena nilai luhur yang terkandung di dalamnya bersifat abadi dan dapat dimanfaatkan di segala zaman. Jadi, kalau pun sekarang, misalnya, tunjuk ajar kurang diminati orang atau kurang berlanjut pewarisnya, bukan karena nila-nilai luhurnya tidak serasi dengan perkembangan zaman, kemajuan ilmu, dan perkembangan teknologi, tetapi karena orang kurang memahami hikmah dan makna yang terkandung di dalam tunjuk ajar. Pemahaman yang salah juga muncul karena mereka menganggap tunjuk ajar sebagai acuan yang kaku dan ketentuan tradisioanal yang “usang” yang bukan saja tidak serasi dengan perkembangan zaman, tetapi menjadi penghambat dalam perkembangan.

BAB II
BUTIR-BUTIR TUNJUK AJAR


Butir-butir tunjuk ajar yaitu kandungan isi tunjuk ajar yang dipilah-pilah ke dalam beberapa kategori untuk membantu penelaahannya secara terarah. Namun demikian, tidaklah berarti bahwa antara satu kategori tunjuk ajar dengan kategori lainnya tidak saling terkait, sebab hakikatnya tunjuk ajar tetaplah merupakan jalinan padu yang saling bersebati.
Yang menjadi inti dari tunjuk ajar bukanlah dilihat dari syairnya, melainkan hal yang tersiratlah yang menjadi intinya, bagaimana dengan membacanya kita dapat memahami hikmahnya untuk dijadikan acuan dalam menjalani hidup, tentunya juga tidak meninggalkan acuan pokok, yaitu al-Quran dan Hadits.

1. Ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
Bagi orang Melayu, agama Islam adalah anutannya. Seluruh nilai budaya dan norma-norma sosial masyarakat wajib merujuk pada ajaran Islam dan dilarang keras bertelikai, apalagi menyalahinya. Karena, semua nilai budaya yang belum serasi dan belum sesuai dengan ajaran Islam harus “diluruskan” terlebih dahulu. Nilai yang tidak dapat diluruskan segera dibuang. Acuan ini menyebabkan Islam tidak dapat dipisahkan dari budaya, adat istiadat, maupun norma-norma sosial lainnya dalam kehidupan orang Melayu. Hal ini pula yang menjadi salah satu penyebab, mengapa orang di luar Islam yang menganut agama Islam disebut “masuk Melayu” dan sebaliknya. Bilaorang Melayu keluar dari agama Islam, tinggallah hak dan kewajibannya sebagai orang Melayu. Orang yang keluar dari Islam tidak lagi dianggap sebagai orang Melayu. Di dalam ungkpan adat dikatakan, “siapa meninggalkan syarak, maka ia meninggalkan Melayu, siapa memakai syarak, maka ia masuk Melayu” atau “bila tanggal syarak, maka gugurlah Melayunya”.
2. Ketaatan kepada Ibu dan Bapak
Ketaatan kepada Ibu dan Bapak yang disebut “mentaati orang tua” amat diutamakan dalam kehidupan orang Melayu. Orang tua-tua mengatakan, “siapa taat ke orang tuanya, di dunia selamat di akhirat pun mulia”. Sebaliknya, barang siapa durhaka kepada ibu dan bapak, bukan saja disumpahi oleh masyarakat, tetapi akan disiksa diakhirat kelak. Sebagaimana juga yang dikatakan Rasulullah bahwa keridhaan Allah tergantung keridhaan orang tua dan sebaliknya.
Sastra lisan Melayu amat banyak mengisahkan keburukan anak durhaka yang hidupnya berakhir dengan malapetaka dan kemalangan Sebaliknya, banyak pula dikisahkan kemuliaan anak yang berbakti kepada orang tuanya.

3. Ketaatan kepada Pemimpin
Ungkapan adat Melayu mengatakan:
bertuah rumah ada tuanya,
bertuah negeri ada pucuknya

elok kampung ada tuanya,
elok negeri ada rajanya
Ungkapan ini menunjukkan, bahwa dalam kehidupan manusia, baik di lingkungan kecil (rumah tangga) sampai kepada masyarakat luas, haruslah ada tuanya, yakni ada pemimpinnya. Tanpa pemimpin, kerukunan dan kedamaian di dalam rumah tangga atau masyarakat tidak akan terjamin. Tidak agama tanpa jamaah, tidak ada jamaah tanpa pemimpin, tidak ada pemimpin kecuali untuk ditaati. Karena untuk apa adanya pemimpin, kalau tidak ada ketaatan kepadanya. Dengan ketaatanlah segala program akan mudah dilaksanakan. Walaupun begitu, tidak mesti kita harus taklid, tanpa ada kritikan dan masukan. Kalau melihat pemimpin melenceng dari syarak yang dipercaya orang Melayu, maka lebih baiknya diberikan nasihat untuk mengingatkan dari kekhilapannya.
Dalam masyarkat Melayu pemimpin dikemukakan, “ditinggikan seranting, didahulukan selangkah”,Lazimnya diambil atau dipilih dari warga masyarakat yang memenuhi criteria tertentu. Orang inilah yang dijadikan ikutan, contoh, dan teladan yang lidahnya asin, pintanya Kabul, yang dianggap mampu mendatangkan kedamaian, ketertiban, dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Karena pemimpin adalah orang pilihan, berwibawa, memiliki berbagai kelebihan, sebagai contoh dan teladan, dan sebagainya, maka adat Melayu mewajibkan anggota masyarakatnya untuk mendukung dan membantunya sekuat daya masing-masing. Pendurhakaan kepada pemimpin sejati menjadi pantangan besar dan anggap mencorengkan orang di kening keluarga dan masyarakat. Di dalam ungkapan adat dikatakan, “siapa durhaka kepada pemimpinnya, aibnya tidak terbada-bada” atau “siapa mendurhakai yang dirajakannya, di sanalah tempat ia binasa”.
Acuan pantang mendurhakai ini ditujukan kepada pendurhakaan pemimpin yang terpuji, adil, dan benar, bukan terhadapa pemimpin yang zalim, menyalah, dan sebagainya. Hal ini tercermin dalam ungkapan, “raja adil raja disembah, raja zalim raja disanggah”. Jadi, pemimpin yang adil dan benar-benar sempurna wajib ditaati, sedangkan pemimpin yang zalim haruslah disanggah, dilawan, disingkirkan, atau setidak-tidaknya diberi peringatan dan teguran.

4. Persatuan dan Kesatuan, Gotong Royong, dan Tenggang Rasa
Sifat-sifat ini merupakan inti kepribadian yang diajarkan oleh orang tua-tua Melayu. Orang Melayu berprinsip bahwa pada hakikatnya manusia adalah bersaudara, bersahabat, dan berkasih sayang, maka tunjuk ajar yang berkaitan dengan persatuan dan kesatuan, gotong royong, dan bertenggang rasa senantiasa hidup dan diwariskan secara turun temurun. Mereka juga menegaskan, bahwa prinsip-prinsip tersebut akan mampu mewujudkan kedamaian di muka bumi ini.
5. Keadilan dan Kebenaran
Bagi orang Melayu keadilan dan kebenaran adalah kunci utama dalam menegakkan tuah dan menjaga marwah, mengangkat harkat dan martabat, serta ,mendirikan daulat dan kewibawaan. Hukum yang adil wajib ditegakkan demi terwujudnya masyarakat yang adil dan sejahtera. Kebenaran wajib didirikan demi terlaksananya syarak dan sunnah, petuah dan amanh, ketentuan adat lembaga, dan sebagainya. Orang Melayu berani mati untuk membela kebenaran. Orang tua-tua menegaskan, “takut karena salah, berani karena benar”.

6. Keutamaan Menuntu Ilmu
Tunjuk ajar mengamanahkan agar ilmu yang dituntut hendaklah ilmu yang berfaedah dan sesuai menurut ajaran Islam, nilai adat, dan nilai luhur yang sudah ada dalam masyarakat. Orang tua-tua juga menegaskan bahwa ilmu pengetahuan harus bermanfaat bukan saja untuk kepentingan pribadi, tetapi harus juga bermanfaat bagi kepentingan masyarakat, bangsa, dan Negara. Keutamaan ilmu tercermin dalam ungkapan, “sebaik-baik manusia banyak ilmunya, seburuk ,manusia yang buta keta” atau “mulia insane karena pengetahuan, hina orang ilmunya kurang”.

7. Ikhlas dan Rela Berkorban
Sifat ikhlas dan rela berkorban menjadi sifarang tua-tua mengatakan, bahwa dengan bersifat ikhlas, setiap pekerjaan akan menajdi amal saleh yang diridhoi Allah swt. Dengan sifat ikhlas dan rela berkorban, serta rasa kesetiakawanan sosial akan semakin tinggi, mengakar, dan kemudian membuahkan persaudaraan sejati.



8. Sifat Amanah
Skifat amanah, taat, setia, teguh pendirian, dan terpercaya amat dihormati orang Melayu. Orang tua-tua Melayu mengatakan, bahwa sifat amanah mencerminkan iman dan takwa, menunjukan sikap terpercaya, dan menunjukan tahu tanggung jawab, jujur, dan setia. Dalam ungkapan dikatakan, “ orang amanah membawa tuah,, “ orang amanah hidup bermarwa”, dan “ orang bermarwah dikasihi Allah”.Ungkapan lain menyebutkan, “ siapa hidup memegang amanah, dunia akhirat beroleh berkah”, dan “siapa hidup memegang amanah, kemana pergi tidakkan susah”.





















BAB III
TUNJUK AJAR MELAYU TURUT LANTUNKAN UIN SUSKA MADANI


Melihat dari butir-butir tunjuk ajar di atas, jika dihubungkan dengan kampus yang melantunkan dirinya sebagai kampus Islam madani, melihat dari visi UIN Suska (Mewujudkan Universitas Islam Negeri sebagai lembaga pendidikan tinggi utama yang mengembangkan ajaran Islam, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni secara integral di kawasan Asia Tenggara Tahun 2013) yang menginginkan kampus yang Islami madani, sangat berhubungan erat dengan seharusnya memahami dan menjadikan pembelajaran yang baik dari tunjuk ajar Melayu.
Kampus yang baik, yang hidup di negeri Melayu seharusnya menghidupkan tradisi dan acuan Kemelayuannya. Hidup yang dipenuhi dengan pengamalan ajaran Islam yang juga dilantunkan dalam tunjuk ajar Melayu.
Kampus yang madani adalah kampus yang mahasiswa, dosen, pegawai, dan pengurus-pengurusnya mengamalkan Islam dengan baik, bertakwa kepada Allah swt., berbakti kepada ibu dan bapak, ketaatan kepada pemimpin yang pemimpinnya adalah orang yang baik, memiliki rasa persatuan dan kesatuan, gotong royong, dan tenggang rasa yang tinggi, kepemimpinan yang menegakkan keadilan dan mendirikan kebenaran, memahami pentingnya menuntut ilmu dengan niat ikhlas sehingga memperoleh keutamaan ilmunya, ikhlas dalam segala aktifitasnya yang tercermin rasa rela berkorban demi kemajuan dan kejayaan Islam, serta dengan sifat amanah yang dapat menjalankan kepemimpinan yang dipercaya oleh bawahan dan mahasiswanya, sehingga ia dijadikan orang yang terpercaya.





BAB IV
PENUTUP

Orang tua-tua Melayu telah banyak mengajarkan kepada generasi-generasinya bagaimana memahami Islam secara kaffah, menyeluruh, tidak taklid, saling menghormati, dan saling menyayangi. Pengajarannya bisa dilihat dari tunjuk ajar Melayu yang banyak hikmah dan teladannya.
Tunjuk ajar Melayu bukan saja untuk orang Melayu, melainkan ia juga bisa dijadikan acuan sikap bagi siapapun yang menginginkan mengambil hikmahnya, bukan saja untuk menjadi bacaan, sastra indah, atau menunjukkan tradisi, adat, dan kebiasaan orang Melayu di negeri Melayu, melainkan ia bisa digunakan dalam sendi kehidupan dengan segala dinamikanya. Tunjuk ajar bisa dijadikan sebagai landasan hikmah menata diri, keluarga, masyarakat, dan Negara, terlebih lagi menata kampus. Jika tunjuk ajar ini di hayati dan diamalkan dalam setiap individu kampus, niscayalah cita-cita kampus Islami Madani yang dicanangkan akan mudah terwujud dengan kenyataan yang sebenarnya.
Selain tunjuk ajar, masih banyak lagi hal yang mesti dihayati dan dipahami maknanya dan hikmahnya, yaitu seperti gurindam duabelas, ikan terubuk, dan yang lainnya yang banyak mengajarkan tentang pengamalan ajaran Islam.
Di dalam gurindam duabelas misalnya, Raja Ali Haji mengajarkan bagaimana cara berIslam dan menjadi orang Islam yang baik. Seperti ungkapan syairnya dalam pasal pertama, “barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama”. Begitulah salah satu syairnya yang mengajarkan agar teguh memegang agama, Islam.
Atau di dalam Ikan terubuk karya Ulul Azmi, walaupun menceritakan tentang kisah ikan terubuk, tapi Ulul ternyata menunjukannya pada pemahaman agama yang sempurna dengan segala sendinya, kehidupan ini. Dengan ikan terubuknya Ulul ingin membuktikan bahwa orang Melayu juga memahami ilmu biologi, ilmu sejarah, Ilmu mantera-mantera, Ilmu politik, dan tentunya sangat kental dengan pemahaman agama Islam. Ia mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang syumul, sempurna, komprehensif.
Begitulah hendaknya orang Melayu, yang hidup di negeri Melayu sekarang ini bersikap, bersifat, dan beramal. Baik untuk manusia secara umum, terlebih lagi orang Melayu yang lebih paham tentang dunianya sendiri. Mudah-mudahan negeri Melayu benar-benar menjadi negeri Melayu, yang setiap aktifitas orangnya tercerminkan dari ajarannya, ajaran Islam.


























DAFTAR PUSTAKA

Abu Faqih, Khozin. Haruskah Dakwah Merambah Kekuasaan. Jakarta : al-I’tishom, 2009.

Azmi, Ulul. Syair Ikan Terubuk. Yokyakarta : Balai kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2006.

Effendy, Tenas. Tunjuk Ajar Melayu. Yokyakarta : Balai kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2004.

Haji, Raja Ali. Gurindam Duabelas. Yokyakarta : Balai kajian dan Pengembangan Budaya Melayu, 2004.

Ibrahim, Mahyudin. Nasehat 125 Ulama Besar. Jakarta : Darul Ulum Press, 1986.




















BIODATA PENULIS

Nama : Jumardi
NIM : 10832001861
Tempat tanggal lahir : Belantaraya, 07 Agustus 1988
Alamat : Jl. Merpati Sakti no. 11
Fakultas : Ushuluddin
Jurusan : Tafsir Hadits
Semester : IV
No Kontak : 085265569160
E-mail : uj_sthi@yahoo.co.id
Organisasi : al-Fata al-Muntazhar ( Ketua Umum)
Air Mata

Matanya sayu, menggenang banyu
Sayup-sayup rampai layu
Sesaat kemudian terjatuh
Mengaliri pipi yang mulai jenuh

Sesekali terdengar isak
Menambah dalam linangan
Semakin deras menderai
Mengenang cinta bercerai

Benci memuncak dalam kesedihan
Dia ingin sendiri
Menghabiskan siang dengan malam

Bertemu Riang

Kupulang bertemu riang
Mengeringi genangan banyuku
Di pelupuk mata sayu
Yang mengabarkan
Cuplikan senyumku
Diantara sedih hari
Yang menerbitkan matahari

Siang menerangi hari
Merampung sebuah jawaban
Yang tertutup gelap malam

Pada matahari bersinar
Aku katakan padanya
Aku telah bertemu riang
Sekarang lihatlah senyumku

Usikan Kelam

Siang di pinggir jalan
Bersama deruman mesin-mesin kendaraan
Tak henti juga mengusik
bersama kelam
Tapi, tidak bagiku siang ini
Aku tersenyum
Di muka jendela kamarku
Karena aku telah bertemu riang
Dan janjiku pada matahari
Senyum akan selalu ada


Waktu

Aku ingin mengejarmu
Lewat kaki yang ku punya
Namun, kau sudah sampai lebih duluan

Aku ingin mendahuluimu
lewat waktu yang ku punya
Namun, kau sudah dulu selesai

Aku ingin menggapaimu
Lewat tangan yang ku punya
Namun, kau lebih dulu menuliskannya

Lihat !

Lihatlah langit !
Sedari dulu hingga sekarang
Dia selalu tinggi

Lihatlah bumi !
Sedari dulu hingga sekarang
Dia tak pernah mau menginjakmu

Lihatlah dirimu !
Sedari dulu hingga sekarang
Masih juga membutuhkan penghidupan

Rasa syukur
Memang tak selalu
Bersemayam pada jiwa
Yang hidup yang dihidupakan


Jumardi
Komunitas ALINEA I
FLP Pekanbaru

Minggu, 14 Maret 2010

karya

BIARKAN DAKWAH BERMETAMORFOSA!
TAHAPAN DAKWAH MENUJU KEMENANGAN ISLAM
Oleh: Jumardi

Biarkan Dakwah Bermetamorfosa!
Penulis : Andree,S.IP, M.A.
Penerbit : Muda cendikia, Bandung
Cetakan : Pertama,Desember 2009
Tebal : XIV+ 152 halaman





Kita mulai dengan renungan
Mengapa Metamorfosa?
Seorang syeikh dakwah yang terkenal tajam bashirohnya pernah mengatakan bahwa perubahan adalah sesuatu yang niscaya,"Bahkan ketika seluruh orang di dunia telah berkumpul hatinya sebaik Rasululah SAW. sekalipun, perubahan kearah capaian-capaian yang lebih baik tetap perlu dilakukan", kata beliau. Sebab perubahan itu adalah sepirit utama kehidupan. Sesuatu yang tidak berubah, seperti mengalami stagnasi kehidupan ataupun ruhnya telah mati suri. Rasulullah SAW. mengatakan bahwa mereka yang hari ini tidak lebih baik dari hari kemarinnya, maka ia termasuk kalangan pecundang.
Dalam gerak langkah dakwah, ada banyak rintangan yang menghambat kemajuan. yang dimaksud sebagai penghalang disini adalah cara pandang kita tentang dakwah. Begini, sebagai aktivis para murabbi kita dulu telah mengajarkan bahwa dalam dakwah-dan Islam secara keseluruhan-ada hal-hal yang bersifat tsawabit dan ada yang tergolong mutaghayyirat. Hal-hal tsawabit ini adalah ketentuan yang baku, rigid, tidak boleh dipertentangkan. Tidak ada ruang diskusi disana. Ada pula hal-hal yang mengandung prinsip murunnah, keleluasaan. Ia bisa berubah sesuai tuntutan zaman, tuntutan keadaan.
Kuunu Rabbaniyyin
Ketika kesadaran berdakwah dan berjama'ah sudah kembali menancap kokoh dihati kita, bergelora dan meluap-luap, sekaranglah saatnya berbenah diri. Menyiapkan sebanyak-banyaknya untuk mengarungi medan dakwah yang semakin hari terbentang semakin luas, menanam bibit kebaikan di setiap tanah kosong yang kita temui.
Imam Thabari menjelaskan berbagai pendapat ulama tentang pengertian rabbani, kemudian beliau menyimpulkan; pertama, rabbani adalah mustawa atau level yang paling tinggi dari sekedar faqih (memahami agama) dan ‘alim (penguasaan ilmu dari kitab Allah{ali-Imran:79}). Kedua, rabbani adalah sebuah kejeniusan tersendiri yang mampu menggabungkan antara al-fiqh dan al-'ilm dengan beberapa aspek vital lainnya, yaitu; (1) Al bashiroh bissiyasah, punya sense of politics yang tinggi. Melek Politik,(2) Al bashiroh bittadbir, wawasan manajerial yang memadai,(3) Al Qiyamah bi syu'un arra'iyyah wa ma yushlihuhum fi dunyahum wa dinihim. Pro-rakyat, yakni selalu melaksanakan dan menjalankan segala urusan rakyat dan segala hal yang membawa kemaslahatan mereka, baik dalam kehidupan dunia mereka apalagi kehidupan beragama.
'Alim merupakan syarat bagi seorang rabbani, mengingat kedudukan ilmu sangat penting dalam Islam. Al-‘Allamah DR.Yusuf Al- Qardhawy secara bijak mengklasifikasikan ilmu-ilmu yang kita perlukan dalam tuntutan zaman yang semakin berat ini. Yaitu; Ilmu Syariah, Ilmu Bahasa, Ilmu Sejarah, Ilmu Sosial, Sains dan Teknologi, dan Ilmu yang terkait realitas.
Syarat kedua setelah 'alim adalah Faqih (pengetahuan yang mendalam tentang agama). Kegiatan tafaqquh meliputi paling tidak sepuluh ruang lingkup; (1) Fiqh ahkam, (2) Fiqh dakwah, (3) fiqh amal jama'i, (4) fiqh muwazzanah (pertimbangan), (5) fiqh aulawiyat(Prioritas), (6) fiqh sunnah, (7) fiqh Taghyir (Perubahan), (8) Fiqh Tarikh (Sejarah), (9) Fiqh Waqi'(Kemampuan memahami realita), dan (10) Fiqh Ikhtilaf (perbedaan).
Setelah capaian itu tercapai semuanya, pada saat itulah perubahan (metamorfosa) itu akan nampak jelas. Hal ini dilakukan dengan; merekayasa metamorfosa itu, bercita-cita untuk itu, Tamaddun (peradaban), Mengumpulkan aset, punya ide cemerlang, Human resurces, we need 'duit' it, Eksekusi: mengalih ide ke amal nyata, kapitalisasi aset: menggagas peristiwa, merangkai cerita, dan amal sehat, kemudian diakhiri dengan do'a yang sempurna.
Buku ini menceritakan tiga setting dakwah yang diambil dari kisah Ashabul Kahfi, nabi Musa, dan nabi Sulaiman. Dimana masa ashabul kahfi sebagai personifikasi dakwah, nabi Musa as. sebagai pribadi untuk umat, dan nabi Sulaiman as. sebagai dakwah super power. Itulah metamorfosa dakwah dimana ashbul kahfi yang mempunyai keimanan yang kuat tapi lemah dan tak berdaya sehingga mereka harus pergi, menghindar dari kezaliman untuk menyelamatkan keimanan mereka. Kemudian datanglah nabi Musa as. dengan bekal keimanan dan keberanian yang kuat. tapi itu juga ternyata tidak bisa membuat Fir'un takluk di tangannya karena tidak adanya kekuasaan yang mengokohkan kedudukannya. Akhirnya dengan keimanan, keberanian, dan kekuasaan nabi Sulaimanlah negeri-negeri dapat ditaklukan bertanda berjayanya Agama Allah pada masa itu.
Karya Andree ini sangat komplit, mengajarkan Islam secara keseluruhan, integral. Dimana untuk mencapai kejayaan Islam ada tahap-tahap seperti itu. Dimulai dengan perenungan terhadap apa yang harus dilakukan. Kemudian menyiapkan diri priabadi muslim yang rabbani, yang berilmu dan memahami agamanya secara mendalam. Setelah itu, mengumpulkan kekuatan dengan menggabungkan pribadi rabbani itu kedalam wadah, ide, pemikiran, dan visi misi yang sama. Kemudian sama-sama berbuat dan beramal untuk mencapai kejayaan Islam yang diinginkan bersama tadi dengan tidak lupa tetap berdo'a dengan do'a yang sempurna kepada Allah SWT. yang Akhiranya nampaklah kejayaan Islam di muka bumi ini. Insya Allah.

Jumardi
Mahasiswa Fakultas Ushuluddin
Ketua Umum al-Fata al-Muntazhar
Kaderisasi KAMMI UIN Suska Riau

Senin, 08 Februari 2010

Suara Kekasih

Suara merdu yang kau dengarkan
Membuat hatiku bergetar
Menari di lembar-lembar mushaf
hingga seluruh jiwaku ikut terbawa
melantunkan ayat-ayat kerinduan
:”kekasih duhai kekasih”

Aku bertanya pada dia

Aku bertanya pada dia
Siapa di antara hati dan jantung
Yang berhak mengaku sebagai pengungkap rasa?

Aku bertanya pada dia
Siapakah yang paling awal
Bersentuhan dengan perasaan
: kalaupun kelak dia tanpa jiwa
Karena ruhnya telah terpisah jauh
Dia tetap akan merasakan detaknya
Untuk membuktikan cintanya

Jiwanya juga demikian, ia pasti lebih bebas menentukan
Dibanding mendekam di antara keduanya
Yang tak ada pembatas

Aku semakin bertanya-tanya
Hatikah atau jantungkah dia
Karena semenjak ku ungkapkan kata itu
Aku sudah merasakan sentuhan keduanya
Bersemayam dalam jiwa

Al-Fahmu

Betapa banyak yang bisa membaca
Tapi tak semuanya bisa menulis
Banyak yang bisa menulis
Tapi tak semuanya bisa berkarya
Betapa banyak yang bisa berkarya
Tapi tak semuanya bisa ikhlas
Banyak yang bisa ikhlas
Tapi tak semuanya bisa berjihad



Cukuplah menjadi orang
yang memahami dengan sungguh-sungguh
Kemudian merealisasikannya dengan ikhlas

Hamba sedang berdo’a

Wahai api ...
Padamlah, berhentilah membakar
Wahai angin ...
Tenanglah, berhentilah menerbangkan
Wahai air ...
Mengalirlah, berilah kehidupan
Berhentilah menghancurkan
Wahai bumi ...
Damailah, berhentilah bergoncang
Wahai langit ...
Diamlah, berhentilah berdentum

Lihatlah, perhatikanlah, dengarkanlah
Hamba yang suci sedang berdo’a

Asal jangan Kau cabut iman ini

Biarlah gunung-gunung membelah
Biarlah bumi retak
Biarlah langit berguncang
Biarlah petir-petir mendentum
Biarlah pohon-pohon tumbang
Biarlah ikan-ikan bergelimangan
Biarlah hewan-hewan berlarian
Biarlah semua makhluk kebingungan

Asal jangan Kau cabut iman ini

Biarlah terasa lapar
Biarlah terasa haus
Biarlah tak turun hujan
Biarlah pohon tak berbuah
Biarlah tak berpakaian
Biarlah tak bertempat tinggal

Asal jangan Kau cabut iman ini

Jumardi
Anggota Magang FLP

Kamis, 04 Februari 2010

Dibalik Permasalahan Negeri ini
(Talbis Iblis terhadap para Penguasa)
Oleh : Jumardi

Tulisan ini sengaja saya beri judul Dibalik Permasalahan Negeri ini, Talbis Iblis terhadap para Penguasa. Yaitu bagaimana perangkap iblis untuk menjerumuskan para penguasa. Hal ini karena saya melihat begitu banyaknya permasalahan yang dihadapi para penguasa negeri ini yang dari masalah-masalah itu ternyata menimbulkan masalah yang baru yang dalam penyelesaiannya penuh dengan ketele-telean. Mulai dari yang baru kemaren terjadi. Masalah Century yang sampai hari ini belum juga usai, Pembunuhan Nasruddin yang membelit Antasari Azhar, mantan Menteri Sosial yang terduga melakukan tindakan korupsi mesin Jahit dan Impor Sapi, dan banyak lagi permasalahan-permasalahan yang lain yang membelit negeri ini. Yang anehnya penyelesaiannya seringkali terkesan terlalu lama dan bertele-tele.
Tahukah kalau segala permasalahan-permasalahan yang tak kunjung selesai itu adalah salah satu perangkap setan terhadap para penguasa agar terbuai dengan permasalahan itu sehingga melupakan dirinya untuk membersihkan diri dihadapan Allah swt. Ingatkah kita perkataan ulama bahwa jika permasalahan selalu menghimpit diri. Itu berarti dosa mengelilingi diri itu. Artinya jika sulit untuk menyelesaikan suatu masalah berarti menyelesaikan masalah itu adalah masalah jika lupa memperbaiki penyebab masalah itu (bertaubat atas dosa).
Talbis Iblis terhadap para penguasa
Langkah awal perangkap setan yaitu memasayarakatkan ide pengumpulan harta kekayaan bagi para pemimpin atau penguasa. Para setan itu mengelilingi para penguasa dan memberitahukan celah-celah yang dapat diakses untuk mendapatkan kekayaan pribadi. Oleh karena itu, tak heran jika korupsi membanjiri setiap jabatan-jabatan penting yang memegang kekuasaan. Sekecil apapun tingkat kekuasaan yang dimiliki, selalu ada celah yang sengaja diperlihatkan dengan jelas oleh para setan untuk dapat dijadikan sebagai jalan guna mengumpulkan harta kekayaan.
Langkah kedua, membisikkan agar memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan mengangkat orang-orang terdekatnya sebagai pejabat. Pejabat yang kurang tepat untuk menduduki suatu jabatan dipaksakan agar jadi tepat. Padahal, untuk mengangkat atau mendudukkan seseorang pada jabatan tertentu, menurut Imam Ali Bin Abi Thalib kw, terlebih dahulu orang itu harus diuji. Materi yang diuji bukgan hanya ilmu pengetahuan saja. Akan tetapi, juga melingkupi pengalaman dan rasa malu kepada Allah swt.
Langkah ketiga, mendesak para penguasa agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan yang bisa mengurangi stabilitas politik dan kesejahteraan rakyat. Rasulullah bersabda;” Sebaik-sebaik pemimpin adalah yang dicintai rakyatnya dan ia juga mencintai rakyatnya”. (HR. Muslim). Begitu pula,” Sejahat-jahat pemimpin adalah yang berlaku kejam terhadap rakyatnya” (HR. Bukhari-Muslim).
Langkah keempat, membuat penguasa berlaku tidak adil kepada rakyatnya. Ketika orang-orang terdekatnya (golongan partainya) melakukan kesalahan atau pelanggaran, maka ia berpura-pura tidak mengetahuinya dan mengabaikannya. Namun, jika rakyat jelata yang melakukannya, maka mereka bersikap tegas terhadapnya. Bahkan kesalahan yang kecil dibuat jadi besar, agar orang-orang mengaggapnya sebagai penguasa yang adil dan tak pandang bulu.
Langkah kelima untuk menyesatkan penguasa adalah menjadikan penguasa merasa istimewa dan bangga dengan kedudukannya sebagai penguasa. Rasa istimewa ini akan mempengaruhi pada pandangannya tentang cara rakyat memperlakukan dirinya. Sang penguasa akan sibuk memikirkan cara-cara yang harus dilakukan rakyat dalam menghadapi dirinya. Apabila ia akan berkunjung ke suatu tempat, maka pengurus daerah setempat harus memberikan sambutan meriah dan perlakuan yang istimewa. Penguasa seperti ini cenderung tidak memikirkan kesulitan daerah untuk mempersiapkan kedatangannya.Hal ini akan menimbulkan kesombongan pada dirinya. Ia akan cenderung marah jika sambutan untuk dirinya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Padahal, tindakan seperti ini akan menjadikan para pejabat daerah menampilkan sikap kepura-puraan dan cari muka serta perhatian padanya yang akhirnya pengkhiantan pun akan menjadi trend yang disukai para pejabat.
Langkah keenam, membisikan kepada penguasa agar bersikap curang kepada musuh-musuh politiknya. Biasanya, dalam hal ini para penguasa bersikap saling menjatuhkan dan saling membongkar keburukan pihak lawan politiknya. Bahkan tak jarang, di antara mereka sibuk saling hantam, yang terkadang bisa berakhir dengan pembunuhan antar kalangan mereka sendiri.
Padahal, mencermati kekurangan diri jauh lebih baik dari pada mengusik kekurangan lawan. Sikap menghormati dan menghargai jauh lebih bersahaja daripada menghina dan mencaci- maki. Sebab, apabila kekuasaan diproleh dengan cara-cara keji dan memalukan serta menjatuhkan martabat orang lain seperti itu, maka sama saja mendirikan pondasi kekuasaannya di atas sampah-sampah dan kotoran yang menjijikkan.
Oleh karena itu, menurut iman Ali bin Abi Thalib, hendaknya seorang penguasa itu terlebih dahulu mendidik dirinya, sebelum mendidik orang lain. Kemudian, hendaklah ia mendidik orang lain dengan akhlaknya, sebelum ia melakukannya dengan lidah. Rasulullah juga telah mengingatkan umatnya.
Beliau mengatakan;” Akan datang kepada kalian para pemimpin, yang jika ditaati, justru akan menyesatkanmu. Sedang jika dibantah, maka kalian akan dibunuh.” Pada saat itu, para sahabat yang hadir bertanya;” Lalu apa yang harus kami lakukan, ya Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda;” Jadilah kamu seperti sahabat-sahabat Isa as. Mereka dipakukan pada kayu dan gergaji. Kematian dalam mentaati Allah itu lebih baik daripada kehidupan dalam maksiat.”
Inilah beberapa perangkap-perangkap setan yang khusus untuk menjerumuskan para penguasa kedalam kenistaan, siapapun dan apapun jabatanya pasti ada celah-celah setan untuk menyesatkannya. Walaupun hanya sedikit celah itu. Tentunya setiap program dan kinerja yang dilakukan harusnya dengan hati dan fikiran yang bersih. Bersih dari dosa dan dihiasi dengan pahala amal shaleh.Apapun masalah dan permasalahannya lihat pribadi dari masalah itu agar solusi dan kinerja yang harus dilakukan akan nampak jelas penyelesaiannya.

Jumardi
Ketua Umum Al-Fata Al-Muntazhar
Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
Kaderisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Komisariat UIN Suska Riau

Selasa, 26 Januari 2010

Puisi – Puisi Kematian
A. Asis Aji
Tinggal di Sudiang

KAU JANGAN MENANGIS

Aku pergi bukan kupinta
Aku pergi bukan tak sedih
Aku pergi bukan tak cinta
Ini kehendak Illahi tak dapat ditolak
Tugasku sampai disini
Ini lebih baik dari 1000 tahun
Aku memang masih muda, 22 tahun
Tapi jangan kau ukur itu
Karena Tuhan sudah tentukan ini
Aku tahu kau sedih
Aku tahu kau kehilangan
Akupun tahu kau berduka
Tapi satu kupinta demi keselamatanku
Kau jangan menangis
Sudiang, 28 November 2002


KAU TAK PERLU TAHU

Aku lelaki yang tegar
Aku pria yang tabah
Aku pemuda yang sabar
Namun aku adalah Adam yang penuh derita
Kau lihat aku tersenyum itu hanya di bibir
Kau lihat aku gembira itu hanya sandiwara
Kau lihat aku penuh semangat itu hanya dusta
Kau lihat aku banyak canda itu hanya tipuan
Aku tak ingin kau sedih
Aku tak ingin kau berduka
Aku tak ingin kau prihatin
Aku tak ingin kau susah
Deritaku biarlah kutanggung sendiri
Kegagalanku biarlah aku saja yang merasakannya
Harapanku biarlah aku saja yang pendam
Penyakitku biarlah aku saja yang menikmati seorang
Kau tak perlu tahu aku sakit
Kau tak perlu tahu aku menderita
Kau tak perlu tahu aku ggal
Kau tak perlu tahu kalau besok aku akan pergi membawa misteri hidupku

Sudiang, 28 November 2002



PUTIH AKHIR SEGALANYA

Hari belum petang, Siang belum berlalu
Aku masih senja
Namun putih sudah membayang

Daun belum mengering, daun belum menguning
Aku masih kuncup
Namun ranting sudah keropos

Perjuangan belum tuntas, perjalanan belum jauh
Aku masih di sini
Namun putih mengakhiri segalanya

Sudiang, 19 Desember 2002


Tasbih kehidupan

Tiada yang abadi selain keabadian itu sendiri
Tiada yang kekal selain yang awal
Tiada hidup selamanya selain yang tak akan pernah mati selamanya
Jika tak ada keabadian bagiku, lalu mengapa aku takut
Jika tak ada yang kekal mengapa engkau bermaksiat
Jika hidup akan menemui kematian mengapa tak beramal
Hidup boleh dengan harapan Allah ridho dengan hidup ini
Mati pun tidak takut jika Allah ridho
Buat apa hidup jika terhina. Dan merugi mati bila terazab
Lebih baik Hidup mulia atau mati syahid
Maccopa, 29 April 2007









Hidup Hanya Sekali

Akhirnya Akan Mati Juga

Banyak yang mengira bahwa hidup ini adalah tujuan,sungguh kasihan
Mereka berlomba mengisinya dengan kesenangan; memperbanyak harta, bergaul bebas
Subuh yang kelam menapaki kaki mecari rejeki, lalu mengabaikan sholat shubuh, katanya tidaka ada waktu, sungguh merugi
Saling pamer titel, sombong dengan gelar, arogansi intelektual namun miskin ibadah rendah ahlak terpuruk moral, tak ada gunanya. Semua sia-sia.

Apa yang mesti disombongkan. Kekayaan? Seberapa kayanya kamu?
Kecerdasan? Apa bukti. Apa yang pernah dibuat?
Sungguh merugi.
Yang kaya dan yang miskin, yang cerdas dan yang bodoh, yang cantik dan yang jelek, semua akan mati.
Yang lalu apa yang mesti dibanggakan, akhirnya akan mati juga.

Senin, 11 Januari 2010

artikel hadis

Hubungan Sedekah dengan Etos kerja
(Tinjauan dari Hadis Rasulullah saw)
Oleh : Jumardi

Dari Ibnu Umar r.a. Bahwasanya Rasulullah saw. Bersabda, ketika beliau sedang di atas Mimbar, Rasulullah saw. Bercerita tentang Shadaqah, memeberi maaf, dan tentang orang yang meminta. Nabi saw. Bersabda;” Tangan di atas lebih baik dari tangan yang di bawah”.(HR. Bukhari, kitab zakat:18)
Dari Hakim bin Hizam r.a. Nabi saw. Bersabda;” Tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, dan mulailah dari orang yang terdekat (kerabat), dan sebaik-baik sedekah adalah dari orang yang kaya, dan siapa yang meminta maaf Allah swt. Akan memaafkannya, dan siapa yang meminta kaya Allah akan memberi kekayaan kepadanya”.(HR. Bukhari, Kitab zakat:18, )
Hadis ini juga terdapat dalam shahih Muslim pada kitab zakat hadis yang ke 2382, 2383, 2385, 2398. Dalam Sunan Abu Daud hadis yang ke 1648, Sunan Turmuzi hadis yang ke 680, Sunan An-Nasa’i bab AL-Yadul ’Ulya, Sunan Ad-Darami dalam bab fadhilah Al-Yadul ’Ulya, Al-Muwatha’ Imam Malik halaman 661 atau hadis yang ke 1881, dan Imam Ahmad bin Hanbal hadis yang ke 15.326
Periwayatan Hadis
Di tinjau dari banyaknya yang meriwayatkan hadis ini dengan redaksi matan hadis yang sama. Ini menandakan bahwa periwayatan hadis ini secara Ma’nawi atau redaksi hadis tidak sama dengan redaksi yang disampaikan Rasulullah saw. Tetapi para sahabat dapat memahaminya kemudian menyampaikannya dengan bahasa atau redaksi sendiri dengan tidak menjauhi apa yang disampikan Rasulullah saw. Hadis ini juga diriwayatakan secara mutawatir oleh para sahabat yaitu; Abdullah bin Umar, Hakim bin Hizam, Syaddad, Abu Hurairah, Thariq al-Muharibi.
Kualitas Hadis
Dari tinjauan periwayatan hadis jelaslah bahwa hadis ini shahih dengan sanad mutawatir.
Makna Hadis
Dalam kitab AL-Lu’Lu’ wal Marjan di jelaskan bahwa yang dimaksud dengan tangan di atas adalah orang yang memberikan sesuatu (Shadaqah), sedang tangan yang di bawah adalah orang yang menerima.
Kemudian yang dimaksud dengan ”Mulailah dengan memberikan kepada orang yang terdekat(kerabat)” adalah agar kita lebih mengutamakan memberikan sesuatu kepada orang yang mempunyai hubungan terdekat kepada kita. Hubungan nasab seperti Ibu, Ayah, Abang, dan Adik kita. Setelah itu baru kepada saudara-saudara Ibu atau Ayah kita. Baru setelah itu kita memberikannya kepada orang mempunyai hubungan yang jauh dari kita. Hal ini sesuai dengan apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 177:
”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa.”
Sedekah
Dalam ayat Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 29
“Dan Janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya(Maksudnya: jangan kamu terlalu kikir, dan jangan pula terlalu Pemurah) karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.
Ayat ini turun karena Rasullulah memberikan pakaiannya kepada seorang anak kecil yang beliau jumpai di jalan sehingga rasaulullah sendiri tidak lagi mempunyai pakaian. Ayat ini merupakan teguran bagi Rasulullah agar tidak mengabaikan dirinya atau terlalu mengulurkan hartanya.
Allah menjelaskan bahwa Janganlah kikir dalam bersedekah dan jangan pula boros dalam mengeluarkan harta sehingga tidak ada lagi investasi untuk masa depan. Memang ada hadis yang mengatakan bahwa Abu Bakar Ash_Shidiq dan Abdurahman bin Auf mensedekahkan seluruh hartanya untuk dakwah Islam, tapi itu bukanlah berarti harus mengeluarkan seluruh harta yang kita miliki sehingga kita hidup melarat karena tidak mempunyai apa-apa itulah sebabnya rasulullah menanyakan kepada Abu Bakar apa yang yang dia tinggalkan untuk keluarganya. Namun Abu Bakar yakin akan rezeki yang Allah berikan sehingga ia sanggup mengatakan bahwa ia tinggalkan Allah dan Rasulnya untuk keluarganya karena ia yakin Allah dan Rasulnya merupakan sumber rezeki baginya dan keluarganya. Namun juga Abu Bakar tidak hanya tinggal diam menunggu rezeki dari Allah dia tetap berusaha dan bekerja untuk menghidupi dirinya dan keluarganya. Karena itu tidak heran saat tiba perintah untuk mensedekahkan harta untuk perang Abu Bakar merupakan orang yang pertama menumpukan hartanya di antara tumpukan harta sahabat lainya untuk di berikan kepada Rasululah dalam menegakkan Islam.
Hubungan Sedekah dengan Etos Kerja
Coba kita perhatikan perkataan Rasulullah” dan sebaik-baik sedekah adalah dari orang yang kaya” . Hal ini menandakan bahwa jika ingin bersedekah tentunya harus mempunyai harta yang harus disedekahkan sebagaimana Abu Bakar bersedekah. Karena tidak mungkin kita bisa bersedekah jika tidak mempunyai harta yang disedekahkan. Rasulullah juga mengatakan bahwa orang miskin boleh bersedekah tapi lebih baik lagi jika orang kaya yang bersedekah. Hal ini karena orang yang kaya mempunyai harta yang banyak untuk disedekahkan sehingga ia lebih nampak kemaslahatannya bagi umat dibanding orang miskin yang tidak sebanyak apa yang disedekahkan orang yang kaya. Pantaslah sahabat iri ketika melihat sahabat yang kaya yang mereka lebih leluasa mengeluarkan hartanya di jalan Allah. Namun Rasulullah menenangkan mereka dengan mengatakan bahwa senyum, membuang duri di jalan, mengucapkan Tasbih, tahmid, takbir, dan tahlil juga merupakan sedekah.
Mengapa para sahabat iri melihat sahabatnya memiliki harta lebih, Abdurrahman bekerja keras jadi pedagang, Usman bin Affan yang berprofesi sebagai pengusaha, dan sahabat-sahabat lain yang beternak domba, bahkan Rasulullah yang juga pedagang dan pengembala domba? Tidak lain karena tujuan mereka agar bisa bersedekah sebanyak-banyaknya untuk kebangkitan Islam dan kesejahteraan rakyat.
Itulah etos kerja mereka, sedekah, dan memberikan yang terbaik buat Islam. Agar tidak ada lagi yang tak terbantukan oleh mereka dengan harta itu.
Bekerja sebagai profesi apapun seharusnya itu karena keinginan yang kuat untuk bersedekah. Bekerja keras untuk mendapatkan uang sebanyak-sebanyaknya yang akhirnya disedekahkan kepada yang membutuhkan.


Jumardi
Mahasiswa Jurusan Tafsir Hadis
UIN SUSKA Riau
Ketua Umum Al-Fata Al-Muntazhar Fakultas Ushuluddin
Staf Kadearisasi KAMMI komsat USR

Entri Populer