Pages

Kamis, 04 Februari 2010

Dibalik Permasalahan Negeri ini
(Talbis Iblis terhadap para Penguasa)
Oleh : Jumardi

Tulisan ini sengaja saya beri judul Dibalik Permasalahan Negeri ini, Talbis Iblis terhadap para Penguasa. Yaitu bagaimana perangkap iblis untuk menjerumuskan para penguasa. Hal ini karena saya melihat begitu banyaknya permasalahan yang dihadapi para penguasa negeri ini yang dari masalah-masalah itu ternyata menimbulkan masalah yang baru yang dalam penyelesaiannya penuh dengan ketele-telean. Mulai dari yang baru kemaren terjadi. Masalah Century yang sampai hari ini belum juga usai, Pembunuhan Nasruddin yang membelit Antasari Azhar, mantan Menteri Sosial yang terduga melakukan tindakan korupsi mesin Jahit dan Impor Sapi, dan banyak lagi permasalahan-permasalahan yang lain yang membelit negeri ini. Yang anehnya penyelesaiannya seringkali terkesan terlalu lama dan bertele-tele.
Tahukah kalau segala permasalahan-permasalahan yang tak kunjung selesai itu adalah salah satu perangkap setan terhadap para penguasa agar terbuai dengan permasalahan itu sehingga melupakan dirinya untuk membersihkan diri dihadapan Allah swt. Ingatkah kita perkataan ulama bahwa jika permasalahan selalu menghimpit diri. Itu berarti dosa mengelilingi diri itu. Artinya jika sulit untuk menyelesaikan suatu masalah berarti menyelesaikan masalah itu adalah masalah jika lupa memperbaiki penyebab masalah itu (bertaubat atas dosa).
Talbis Iblis terhadap para penguasa
Langkah awal perangkap setan yaitu memasayarakatkan ide pengumpulan harta kekayaan bagi para pemimpin atau penguasa. Para setan itu mengelilingi para penguasa dan memberitahukan celah-celah yang dapat diakses untuk mendapatkan kekayaan pribadi. Oleh karena itu, tak heran jika korupsi membanjiri setiap jabatan-jabatan penting yang memegang kekuasaan. Sekecil apapun tingkat kekuasaan yang dimiliki, selalu ada celah yang sengaja diperlihatkan dengan jelas oleh para setan untuk dapat dijadikan sebagai jalan guna mengumpulkan harta kekayaan.
Langkah kedua, membisikkan agar memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan mengangkat orang-orang terdekatnya sebagai pejabat. Pejabat yang kurang tepat untuk menduduki suatu jabatan dipaksakan agar jadi tepat. Padahal, untuk mengangkat atau mendudukkan seseorang pada jabatan tertentu, menurut Imam Ali Bin Abi Thalib kw, terlebih dahulu orang itu harus diuji. Materi yang diuji bukgan hanya ilmu pengetahuan saja. Akan tetapi, juga melingkupi pengalaman dan rasa malu kepada Allah swt.
Langkah ketiga, mendesak para penguasa agar mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tidak sesuai dengan yang dibutuhkan yang bisa mengurangi stabilitas politik dan kesejahteraan rakyat. Rasulullah bersabda;” Sebaik-sebaik pemimpin adalah yang dicintai rakyatnya dan ia juga mencintai rakyatnya”. (HR. Muslim). Begitu pula,” Sejahat-jahat pemimpin adalah yang berlaku kejam terhadap rakyatnya” (HR. Bukhari-Muslim).
Langkah keempat, membuat penguasa berlaku tidak adil kepada rakyatnya. Ketika orang-orang terdekatnya (golongan partainya) melakukan kesalahan atau pelanggaran, maka ia berpura-pura tidak mengetahuinya dan mengabaikannya. Namun, jika rakyat jelata yang melakukannya, maka mereka bersikap tegas terhadapnya. Bahkan kesalahan yang kecil dibuat jadi besar, agar orang-orang mengaggapnya sebagai penguasa yang adil dan tak pandang bulu.
Langkah kelima untuk menyesatkan penguasa adalah menjadikan penguasa merasa istimewa dan bangga dengan kedudukannya sebagai penguasa. Rasa istimewa ini akan mempengaruhi pada pandangannya tentang cara rakyat memperlakukan dirinya. Sang penguasa akan sibuk memikirkan cara-cara yang harus dilakukan rakyat dalam menghadapi dirinya. Apabila ia akan berkunjung ke suatu tempat, maka pengurus daerah setempat harus memberikan sambutan meriah dan perlakuan yang istimewa. Penguasa seperti ini cenderung tidak memikirkan kesulitan daerah untuk mempersiapkan kedatangannya.Hal ini akan menimbulkan kesombongan pada dirinya. Ia akan cenderung marah jika sambutan untuk dirinya tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Padahal, tindakan seperti ini akan menjadikan para pejabat daerah menampilkan sikap kepura-puraan dan cari muka serta perhatian padanya yang akhirnya pengkhiantan pun akan menjadi trend yang disukai para pejabat.
Langkah keenam, membisikan kepada penguasa agar bersikap curang kepada musuh-musuh politiknya. Biasanya, dalam hal ini para penguasa bersikap saling menjatuhkan dan saling membongkar keburukan pihak lawan politiknya. Bahkan tak jarang, di antara mereka sibuk saling hantam, yang terkadang bisa berakhir dengan pembunuhan antar kalangan mereka sendiri.
Padahal, mencermati kekurangan diri jauh lebih baik dari pada mengusik kekurangan lawan. Sikap menghormati dan menghargai jauh lebih bersahaja daripada menghina dan mencaci- maki. Sebab, apabila kekuasaan diproleh dengan cara-cara keji dan memalukan serta menjatuhkan martabat orang lain seperti itu, maka sama saja mendirikan pondasi kekuasaannya di atas sampah-sampah dan kotoran yang menjijikkan.
Oleh karena itu, menurut iman Ali bin Abi Thalib, hendaknya seorang penguasa itu terlebih dahulu mendidik dirinya, sebelum mendidik orang lain. Kemudian, hendaklah ia mendidik orang lain dengan akhlaknya, sebelum ia melakukannya dengan lidah. Rasulullah juga telah mengingatkan umatnya.
Beliau mengatakan;” Akan datang kepada kalian para pemimpin, yang jika ditaati, justru akan menyesatkanmu. Sedang jika dibantah, maka kalian akan dibunuh.” Pada saat itu, para sahabat yang hadir bertanya;” Lalu apa yang harus kami lakukan, ya Rasulullah?” Kemudian beliau bersabda;” Jadilah kamu seperti sahabat-sahabat Isa as. Mereka dipakukan pada kayu dan gergaji. Kematian dalam mentaati Allah itu lebih baik daripada kehidupan dalam maksiat.”
Inilah beberapa perangkap-perangkap setan yang khusus untuk menjerumuskan para penguasa kedalam kenistaan, siapapun dan apapun jabatanya pasti ada celah-celah setan untuk menyesatkannya. Walaupun hanya sedikit celah itu. Tentunya setiap program dan kinerja yang dilakukan harusnya dengan hati dan fikiran yang bersih. Bersih dari dosa dan dihiasi dengan pahala amal shaleh.Apapun masalah dan permasalahannya lihat pribadi dari masalah itu agar solusi dan kinerja yang harus dilakukan akan nampak jelas penyelesaiannya.

Jumardi
Ketua Umum Al-Fata Al-Muntazhar
Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau
Kaderisasi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
Komisariat UIN Suska Riau

Entri Populer