Pages

Sabtu, 08 Oktober 2011

Pagi IN.......... i

Setelah malam tadi habis-habisan ngeblog (membuat blog baru untuk fata) alfata-almuntazhar.blogspot.com pagi ini kok gk ngantuk ya? Selamat dan sukses buat Anda saya ucapkan yang berhasil menaklukan empuknya tilam mu pagi ini. bagi yang masih "tertidur" semoga Allah memberikan jalan yang terbaik buat Anda.
Saya masih teringat hasil diskusi saya dengan Ust.Drs. H. Iskandar Arnel kemaren yang saya tulis hasilnya di catatan-jumardi.blogspot.com . Ternyata banyak sekali fadhilah yang kita tinggalkan (tidak ambil)dalam setiap harinya, bahkan jamnya. Dari kita bangun shubuh tadi, berapa banyak fadhilah yang sudah kita ambil? bangun sebelum shubuh, baca do'a bangun tidur, cuci muka dan berwudhu, sholat fajar, mendengarkan azan, menunggu sholat shubuh, sholat shubuh, do'a, zikir, tilawah, olahraga, bersihin rumah, menyapa tetangga, dan banyak lagi yang mungkin kita telah meninggalkan sebagiannya. Mungkin kita tidak tahu kalau sebenarnya Allah sudah menyediakan sarapan untuk kita dengan banyaknya fadhilah yang Dia berikan setiap detik hidup kita. Mana mungkin bagi orang yang mengetahui fadhilah ini akan terlelap di pagi hari! Sahabat, sekali lagi selamat bagi Anda yang berhasil menaklukan empuknya tilam Anda pagi ini. Semoga fadhilah hari ini lebih banyak mengisi catatan malaikat pencatat amal kebaikan bagi kita. Amin...

Aku Haru

Terharu ketika sudah lama tidak ada kesejukan tiba-tiba ia membawa embun saat suram menatap hidup tiba-tiba ia membawa cita aku haru terharu pada diri ku sendiri yang lupa membawa embun dan cita

Kamis, 06 Oktober 2011

STL

Sejarah cinta yang menebar ke penjuru hati Mengulang kembali kisahnya sampai kini Mengingatkan saat puncaknya kasih dan sayang Dulu saat hatiku dan hatimu berlabuh pada keindahan yang sama

Kamis, 29 September 2011

Menunggu Terkabulnya Do’a

Ku lihat orang-orang pada sibuk mempersiapkan sesuatu. Aku heran, ada apa gerangan. Pergilah aku keluar rumah. Aku coba melihat bintang dan bulan malam ini. Bulan masih tak tampak, malam masih gelap. Bintangpun jarang ku lihat. Sebelum subuh aku keluar lagi untuk berangkat ke Masjid. Aku mencoba lagi melihat bulan. Masih juga aku tak melihatnya. Kecuali hanya sepercik cahaya di awan-awan. Aku berkira sejenak. Barulah aku tahu kalau sya’ban akan berakhir. Dan tahulah aku mengapa orang-orang sibuk menyiapkan sesuatu. Rupanya mau menyambut bulan suci. Dua hari lagi ramadhan akan datang. Orang-orang, tetanggaku Iwan sudah sibuk menyambutnya. Iwan yang disertai istrinya sibuk membersihkan dan mengindahkan rumah dan halaman. Istri Iwan nampak menyapu lantai dan halaman. Sementara Iwan sibuk mengecat dinding rumah. Sesekali ia mengelap mukanya pakai handuk. Sepertinya badannya sudah dipenuhi keringat. Istrinya juga seringkali bolak-balik ke belakang dan ke depan. Ia membawakan air minum untuk Iwan. Sambil istirahat mereka berdua menikmati minuman yang dibuatnya itu. Sementara aku di sini, tepat berada di samping rumah Iwan, hanya duduk-duduk melihat mereka berdua. Apa yang bisa aku lakukan? pikirku. “Mengapa termenung saja, Jen?”Iwan tiba-tiba mengurku, Istrinya hanya senyum-senyum saja. Segera aku sadar, dari tadi aku hanya diam saja melihat mereka bekerja. “ooh, tidak apa-apa, Wan”. Kataku, sambil berdiri dan berjalan dua langkah ke depan. “Lagi persiapan menyambut ramadhan ya, Wan?” tanyaku kemudian, sambil sesekali melihat senyum istrinya. “Iya ni, Jen. Kan dua hari lagi mau ramadhan” “Biar ibadah kita di bulan ini lebih nyaman” jawab Iwan sambil meneguk air es leci buatan istrinya. Aku hanya manggut-manggut saja sambil masuk ke rumahku. Di dalam rumah aku duduk di kursi rotan buatanku sendiri. Aku pengusaha kursi rotan. Aku goyang-goyang kursi rotanku maju mundur. Aku bayangkan apa yang aku lihat tadi. Iwan dan istrinya sangat mesra. Ada rasa ghibtah* dalam hatiku melihat mereka. Kalau saja sekarang aku sudah punya istri, pastilah sekarang aku juga sibuk membersihkan rumah. Aku mengecat rumah, istriku yang menyapu dan membersihkan halaman, menanam bunga hias, Setelah itu membawakan air minum untukku. Pastilah bahagia sekali aku. Apalagi istri Iwan cantik dan sholehah. Ingin sekali aku punya istri seperti istri Iwan. Tuhan, kapankah jodohku akan Kau sampaikan padaku?. Sudah lama aku mendambakan punya istri sholehah. Bukan saja hari itu jiwaku bergetar. Saban hari pernikahan selalu aku dambakan. Tapi kesibukanku membuat kursi rotan setiap hari, menjadikan aku lupa untuk beristri. Tapi juga setiap aku melihat Iwan dan Istrinya, kuat sekali getaran keinginan untuk cepat beristri. Ah. Aku terlalu sibuk dengan rotan-rotan ini. Ingin saja aku lepaskan usaha rotanku ini, tapi aku kasihan, banyak orang sudah memesan kepadaku. Ada yang hanya minta buatkan kursi golek saja, ada juga yang memesan lengkap untuk keluarga. Kebanyakan yang memesan padaku ini orang yang baru menikah. Baru pindah rumah baru, bersama istri yang baru pula berijab kabul. Ah, kalau mendengar itu bergetarlah jiwa ini. Kuatlah hasrat ingin menikah. Tapi lagi-lagi rotan ini. Di luar Iwan masih sibuk dengan pekerjaannya, tentulah ditemani senyum manis istrinya. *** Ramdhanpun sudah datang ke pangkuan orang-orang yang beriman. Orang yang mengaku berimanpun ikut pula menyambutnya. Banyak harapan-harapan, keinginan-keinginan yang mau mereka ajukan. Macam-macamlah permintaan mereka kepada tuhan. Apalagi mereka tahu pula kalau bulan ini bulan yang doa-doa cepat dikabulkan tuhan. Seperti Iwan, pastilah dia meminta agar diberikan anak yang shaleh dan sholehah. Aku? Tak mungkin secepat itu meminta anak pada Tuhan. Aku sendiri belum beristri. Hanya istrilah satu-satunya permintaanku bulan ramadhan tahun ini. Aku khususkan hanya meminta itu. Khusus bulan ramadhan ini, aku tutup usaha rotanku. Aku mau beribadah sebanyak-banyaknya. Setiap shalat lima waktu, aku ikut berjamaah di masjid. Shalat tarawih aku targetkan tidak pernah ketinggalan. Setiap hari aku targetkan berinfak kepada anak yatim dan orang miskin. Sepertiga malam aku paksakan bangun setiap malam. Dalam sujud-sujudku aku sisipkan doa agar Tuhan memberikan jodoh untuk ku, begitupun doa-doa setelah shalat. Aku benar-benar mengkhusukan hanya doa itulah yang aku panjatkan setiap doa-doaku. “Allaahumma rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wazurriyatinaa kurrata a’yun waja’alnaa lilmuttaqaina imaamaa, Ya, Allah Ya Tuhan ku, berikanlah aku istri, dan jadikanlah istriku dan keturunanku orang menyedapkan mataku, dan jadikanlah aku imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. Disepuluh terakhir ramadhan aku ikut program i’tikaf, berdiam diri di masjid. Aku berharap bisa menemukan dan menyaksikan malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam itu segala doa diijabah, segala permintaan dikabulkan. Aku rela begadang pada malam-malam ganjil, hanya untuk memanjatkan doa khususku. Malam-malam itu aku habiskan dengan membaca al-qur’an dan berdoa. Ramdhanpun berakhirlah sudah. Syawalpun menjelma sudah. Segala doa sudah aku panjatkan. Semuanyapun aku sudah serahkan kepada Tuhan. Kini sibuklah lagi aku berteman dengan rotan-rotan dan pesanan dari orang-orang. Segala hal inipun sudah aku ceritakan kepada Iwan, aku menginginkan seorang istri yang sholehah. Aku berharap mudah-mudahan Iwan ada mempunyai teman atau teman istrinya yang perempuan. Mudahan pula ada yang cocok denganku, dan mau pula menjadi istriku. Aku tunggu-tunggulah kabar itu dari Iwan. Akupun merasa segala usaha sudah aku lakukan. Biarlah tuhan dengan waktunya yang menentukan harapanku ini. Aku mulailah sibuk membuat kursi-kursi pesanan orang. Ada semangat baru rasanya mengerjakan kursi-kursi ini. Ada rasa doaku pun mulailah terkabul. Sampai akhirnya ada kabar dari Iwan. Catatan: *Ghibtah,lawan sifat dengki, yaitu rasa iri yang menginginkan nikmat yang serupa yang didapat saudaranya tapi tidak menginginkan apa yang didapat saudaranya itu lenyap darinya. Dia tidak sakit hati, tapi berharap mendapatkan juga apa yang didapat saudaranya

Senin, 19 September 2011

CATATAN HATI JUMARDI

CATATAN HATI JUMARDI
Lompatan Kepemimpinan ala nabi Sulaiman Oleh: Jumardi “Saya begitu optimistik bila Indonesia akan bangkit menjadi negara maju, apabila ditopang oleh para pemudanya yang kreatif, dinamis, dan berani melakukan lompatan kepemimpinan”. Begitu Deputi Pengembangan Kepemimpinan Pemuda, Drs. Sudrajat Rasyid, MM. dalam sambutannya tentang buku ini. Sebuah perkataan emosional beliau karena begitu yakinnya akan kemajuan bangsa Indonesia ini. Tentu saja dengan syarat yang beliau sebutkan di akhirnya, apabila ditopang oleh para pemudanya yang kreatif, dinamis, dan berani melakukan lompatan kepemimpinan. Kepemimpinan menjadi tumpuan bagaimana kita dapat menghadapi masa depan. Sebab kepemimpinan pada dasarnya merupakan naluri manusia untuk bertanggung jawab atas amanah kehidupan yang diberikan-Nya pada dirinya. Karena itu wajar jika Rasulullah pernah bersabda, “bahwa setiap kalian adalah pemimpin.” Kini, statement ini diamini oleh para guru leadership dunia, bahwa teori kepemimpinan terbaru adalah setiap manusia pada hakikatnya adalah pemimpin. Burt and Nanus dengan berani menyatakan bahwa pemimpin atau mereka yang siap menjadi pemimpin pada hakikatnya mereka tengah menuju manusia yang paripurna. Teori kepemimpinan muncul pertama kali pada akhir abad ke-19. Teori pertama yang menjadi persepsi umum adalah kepemimpinan itu merupakan takdir yang hanya diberikan pada mereka yang memiliki darah biru. Mereka inilah yang akan menjadi manusia-manusia besar (teori the great man). Namun seiring dengan perkembangan zaman dari abad ke abad, teori kepemimpinan datang silih berganti menegaskan teori-teori yang sebelumnya ditemukan. Dari munculnya teori the great man, teori sifat, teori kekuasaan dan pengaruh, teori prilaku, teori kepemimpinan situasional, teori kepemimpinan kharismatik, teori kepemimpinan transaksional, teori atribusi, hingga yang terakhir adalah teori kepemimpinan transformasional. Masing-masing teori ini memiliki umurnya sendiri-sendiri. Begitu teori baru muncul maka teori mutakhir sebelumnya berhenti digantikan oleh teori yang lebih baru. Perkembangan lain dalam kajian kepemimpinan adalah keragaman populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian. Secara signifikan populasi kajian tidak semata pada tokoh historis, melainkan juga merambah pada kalangan pengusaha, politisi, agamawan, dan lain-lain, baik penelitian dalam satu segmen maupun secara lintas sektoral. Keragaman populasi yang diteliti memunculkan teori baru dalam kajian kepemimpinan, di satu sisi dapat dilihat sebagai bentuk tesis dan antitesis dari teori sebelumnya, di sisi lain juga dapat dilihat sebagai bentuk keragaman yang satu sama lain saling melengkapi. Sayangnya, kajian mengenai tokoh pemimpin yang termaktub dalam teks-teks keagamaan belum banyak dilakukan. Padahal, dalam kitab-kitab suci agama terdapat tokoh historis yang diceritakan memiliki peran-peran kepemimpinan yang dapat dicontoh oleh umatnya. Tokoh-tokoh tersebut di antaranya adalah para nabi dan rasul yang termaktub dalam Al-Quran. Nah, dalam buku ini, yang juga adalah hasil riset penulisnya semasa menjadi mahasiswa Angkatan Pertama beasiswa pascasarjana Universitas Indonesia dari Kementerian Pemuda dan Olahraga, menawarkan model baru dalam upaya melejitkan kepemimpinan (lompatan kepemimpinan) dengan mencontoh pada model kepemimpinan kenabian (profetik), yaitu kepemimpinan nabi Sulaiman ‘alayhis-salam. Kepemimpinan nabi Sulaiman ini diformulasi dari model yang diungkap Al-Qur’an berupa kisah ke dalam konsep ilmiah yang relevan untuk diaplikaskan di era kontemporer ini. Dalam pengisahannya, Al-Qur’an lebih mengedepankan sisi hikmah (wisdom) yang relevan untuk menjawab tantangan di masa depan ketimbang membuat umatnya larut dalam romantisme sejarah masa lalu. Nanti dalam pembahasannya akan ditemukan berbagai relevansi pola yang dialami nabi Sulaiman dengan realitas global yang kita hadapi saat ini. Nabi Sulaiman hidup di masa salah satu puncak kejayaan peradaban Islam yang dilengkapi dengan berbagai kemajuan sains dan teknologi. Pada saat bersamaan, kepemimpinannya juga didukung oleh semua makhluk yang bertujuan untuk beribadah kepada sang Khaliq. Ketika ia mengalami ketegangan bilateral, ia dapat menyelesaikan persoalan internasional ini dengan smart power, smart politic, smart diplomacy, dan total diplomatic. Di samping itu, nabi Sulaiman pun didukung oleh tim posisi strategis, dan mereka terorganisasi dengan rapi. Mereka terkombinasikan dalam multi talenta dan koordinasi yang bagus. Lebih dari itu, mereka adalah orang-orang yang berpengetahuan yang terintegrasi pada keimanan yang kuat, serta jauh dari unsur mistik. Karena itu wajar bila kemudian kerja peradaban nabi Sulaiman dimudahkan untuk mencapai target dakwah secara sempurna. Dalam buku ini ada 21 rahasia keberhasilan kepemimpinan nabi Sulaiman yang disimpulkan oleh Rijalul Imam, penulis buku ini. Rahasia itu adalah karena nabi Sulaiman memliki tradisi Ilmiah yang kuat, tradisi berguru, kemampuan komunikasi Publik, Penguasaan bahasa asing (mengerti bahasa semut), Kepemilikan sumber daya strategis (tentara dari golongan jin yang taat dan orang-orang sholeh yang berilmu serta makhluk-makhluk lainnya), Kemampuan manajerial, tanggung jawab sosial, naturalis, bukan pencitraan, kedisiplinan dan ketegasan, loyalitas individu pada misi kerajaan, komunikasi dan mendengar aktif, tradisi verifikatif dan investigative, kemampuan administrative, musyawarah dan kolektifitas, menjunjung tinggi moral dan nilai-nilai spiritual (rabbaniyah), ketangguhan militer, kecerdasan mengambil keputusan strategis, staf/pembantu yang berbakat dan ahli, kretivitas, kemampuan diplomasi, dan kearifan ekologis. Membaca buku ini Anda akan tahu model kepemimpinan yang mana yang lebih cocok untuk membangun peradaban di Indonesia dan dunia. Untuk Anda sang pemimpin dan calon pemimpin masa depan, selamat membaca buku emas ini ! Jumardi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin UIN Suska Riau Kaderisasi FLP Pekanbaru

Kamis, 15 September 2011

Saat nya memasuki bulan berakhiran -ber, yang selalu teduh, iringan hujan yang di rindu tapi juga berkali-kali di keluhkan. Hey, september Tahukah kau, aku tak mampu ikut berlari beriringan dengan urutan angka, hari, minggu yang berderap terkadang lambat dan terkadang cepat berlari untuk menyambut bulan berakhiran -ber setelah mu. Hey, september Tahukah kau, ada janji janji dan list list yang masih sama yang aku lapalkan tak putus putus seperti bait doa doa yang tiap malam ku naik kan pada Nya. BER-harap aku mampu menepati nya tak seperti para penjual gombal gombal ulung dalam sangkarnya. Hey, september Maukah kau? sedikit saja hanya sedikit saja kau yang mengimbangi langkah ku, mengingatkan ku seperti alarm pada HP ku tiap subuh pagi, memperlambat langkah mu untuk melihat langkah ku agar tidak tertinggal, menarik dagu ku untuk terus melihat ke depan, mencium kedua mataku untuk tak terlalu lama terpejam dalam dunia khayal, menyentuh tubuhku untuk membakar kembali bara yang mulai padam. Hey, september Mari bersamaku, beriringan menuju tujuan kita masing masing tanpa harus meninggal kan satu sama lain.

Senin, 09 Mei 2011

jangan berhenti mengasah

Jangan Berhenti Mengasah Diri Oleh : Jumardi* [Image] [Image][Image]lkisah,ada seorang pemuda penebang pohon yang sangat kuat. Ketika melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan langsung mendapatkannya.Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik.Sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin. Hari pertama,penebang pohon itu berhasil merobohkan 18 batang pohon.Sang majikan sangat terkesan dan berkata,”Bagus,bekerjalah seperti itu! Sangat termotivasi oleh pujian majikan,pemuda itu bekerja lebih keras lagi.Tapi, di hari kedua dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon.Hari ketiga, dia kerahkan seluruh kemampuannya,tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit,”Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku,”pikirnya. Pemuda itu menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. “Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?”majikannya bertanya. Mengasah?Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak.Saya sangat sibuk mengapak pohon,”katanya. Orang bisa saja tersinggung dan marah bila diajak berhenti sejenak padahal sedang asyik bekerja. “Saya sibuk.” Dalam kata ini tersirat juga arogansi. Seolah tak ada yang lebih penting dari kesibukkannya tadi.Bagi mereka penganut paham kebendaan,menjeda kesibukan dengan zikir dan shalat adalah sesuatu yang merugikan.Padahal palu dan arit perlu batu asahan. Selebihnya adalah slogan tentang kerja tiada henti dan revolusi tak pernah mati. Bagaimana kondisi fisik dan psikis Anda jika hanya diisi kerja dan kerja.Kerja keras yang menyebabkan Anda merasa paling berhak hidup dengan modal yang sekecil-kecilnya,menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.Denga slogan itulah kapitalisme mengibarkan bendera. Dan merasa paling berhak menguasi dunia. Komunisme yang mengabaikan Tuhan,telah runtuh karena terbang dengan sebelah sayapnya.Demikian pula kapitalis,oleng, karena menuhankan benda.Adapun hamba beriman selalu punya cara untuk mengisi berhenti jenaknya. “Shalat lima waktu,Jumat ke Jumat dab Ramadhan ke Ramadhan,menjadi kaffarat (cover,penutup,penggugur) dosa di antara waktu-waktu tersebut,apabila dosa-dosa besar telah diingatkan,”(HR.Ahmad,Muslim dan Tirmidzi). Ustadz Rahmat Abdullah dalam salah satu tulisannya mengingatkan, Berhenti untuk merenung sejenak, akan memberikan kekuatan baru menghadapi kehidupan yang keras dan membingungkan. Ada cara yang disarankan seorang intelektual muda, seorang sahabat, Muadz bin Jabal ra. “Ijlis bina nu’min sa’ah (duduklah bersama kami,kita perbarui iman sejenak),”(HR.Bukhari). Bahkan agar kita tidak terjebak pada rutinitas ibadah yang bersifat seremonial,al-Quran mengingatkan, “Hendaklah manusia memperhatikan,dari apakah dia diciptakan?”(QS.ath-Thaariq:5).Nazhar(pandang,lihat,perhatikan), yang kelak menjadi nalar,jelas kerja yang termasuk level tinggi dan bukan kegiatan biasa. Dunia adalah jembatan ,karenanya orang tak boleh berhenti dan berlama-lama di sana. Perumpamaan yang dibuat Rasulullah SAW.tentang dunia dan dirinya. “Di dunia ini aku hanyalah seperti seorang musafir yang berteduh dari kepanasan.Saatnya ia harus berangkat ….”Untuk musafir,tidak diisyaratkan harus miskin atau kaya.Jangan dipahami bahwa kitamenyepelekan dunia.Tapi justru isyarat untuk melengkapi bekal dalam urusan dunia. Imam Ali bin Abi Thalib ra berpesan, “Ketahuilah,hari ini adalah hari midhmar(mendiet kuda pacuan agar kuat dan ringan) dan esok adalah sibaq (hari berpacu).Bersiaplah di hari midhmar kamu untuk hari sibaq kamu. Ketahuilah,sesungguhnya barang siapa yang lamban amalnya, tak akan menjadi cepat oleh nasabnya (leluhur,koneksinya).” Di kalangan musafir atau pengelana dikenal empat syarat bagi orang yang akan melakukannya.Keempat syarat itu mencakup : Fisik,Mental,Ilmu dan peralatan.Keempatnya harus ada. Tak ada yang lebih penting,semuanya penting. Dan keempatnya harus dijaga sebagai bekal.Bahkan umat Islam diperingatkan agar tidak meninggalkan jejak berupa generasi yang buruk.Yang lemah alias tidak mempunyai bekal untuk meneruskan perjalanan peradabannya. Merenung sejenak diperlukan untuk mengecas energi sekaligus membangun harapan. Jadi memang,perlu ‘berhenti sejenak’ mencocokan arah kompas, mengukur peta,dan memeriksa bekal perjalanan.Di depan,jalan memebentang panjang,dari belakang kita bisa belajar.Ada musafir yang maghdub ‘alaihim (dimurkai),karena sengaja menyimpang dari jalan kebenaran. Ada yang dhaalliin (sesat),karena berjalan tanpa tahu arah.Berbahagialah mereka yang menempuh jalan lurus (shirat al-mustaqim),bersama orang-orang yang Dia beri nikmat;para Nabi,kaum shiddiqin (jujr,benar),syuhada dan shalihin (QS.al-Fatihah,an-Nisaa:69). Seringkali kita terjebak pada rutinitas dan tanpa sadar telah menjadi robot.Seorang guru/dosen lupa belajar,mahasiwa lupa berikhtiar,penulis berhenti membaca dan dokter mengabaikan kesehatan.Akhirnya mereka menjadi tumpul dan bencana menimpa mereka. Jadi siapapun Anda,jangan lupa mengasah diri. Allahummaj’alna minalladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalliin. *Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits Koor.PPSDM al-Fata al-Muntazhar Staf kaderisasi KAMMI Komisariat UIN Riau

Kamis, 24 Februari 2011

Senja Kami dulu

Hari hampir senja
Aku akan pulang dari bermain
Teman-temanku juga pulang

Hari hampir senja
Para orang tua pasti mencari kami
Menyuruh kami cepat mandi dan pergi ke Surau
Untuk shalat maghrib dan pergi mengaji

Hari hampir senja
Siapa yang terlambat pulang
Rotan-rotan telah terpegang erat
Di tangan kanan yang siap mengeksekusi
Di depan pintu sudah menunggu

Hari hampir senja
Adalah batas terakhir kami bermain
Walau permainan masih mengayikkan
Kami wajib berhenti dan harus pulang

Hari sudah senja
Kami sudah berkumpul di Surau
Ke sumur belakang kami mengambil wudu
Mengamal ilmu yang sudah diajar
Kami terus harus belajar
Kini kami mengumandangkan azan

Senja sudah hilang
Kami sibuk mengeja alifan
Alif di atas a ba di atas ba ta di atas ta, abata

Malam
Jengkrik, kodok, saling bersahutan


Jumardi
Mengingat masa kecil, menyindir masa sekarang

Entri Populer