Pages

Kamis, 29 September 2011

Menunggu Terkabulnya Do’a

Ku lihat orang-orang pada sibuk mempersiapkan sesuatu. Aku heran, ada apa gerangan. Pergilah aku keluar rumah. Aku coba melihat bintang dan bulan malam ini. Bulan masih tak tampak, malam masih gelap. Bintangpun jarang ku lihat. Sebelum subuh aku keluar lagi untuk berangkat ke Masjid. Aku mencoba lagi melihat bulan. Masih juga aku tak melihatnya. Kecuali hanya sepercik cahaya di awan-awan. Aku berkira sejenak. Barulah aku tahu kalau sya’ban akan berakhir. Dan tahulah aku mengapa orang-orang sibuk menyiapkan sesuatu. Rupanya mau menyambut bulan suci. Dua hari lagi ramadhan akan datang. Orang-orang, tetanggaku Iwan sudah sibuk menyambutnya. Iwan yang disertai istrinya sibuk membersihkan dan mengindahkan rumah dan halaman. Istri Iwan nampak menyapu lantai dan halaman. Sementara Iwan sibuk mengecat dinding rumah. Sesekali ia mengelap mukanya pakai handuk. Sepertinya badannya sudah dipenuhi keringat. Istrinya juga seringkali bolak-balik ke belakang dan ke depan. Ia membawakan air minum untuk Iwan. Sambil istirahat mereka berdua menikmati minuman yang dibuatnya itu. Sementara aku di sini, tepat berada di samping rumah Iwan, hanya duduk-duduk melihat mereka berdua. Apa yang bisa aku lakukan? pikirku. “Mengapa termenung saja, Jen?”Iwan tiba-tiba mengurku, Istrinya hanya senyum-senyum saja. Segera aku sadar, dari tadi aku hanya diam saja melihat mereka bekerja. “ooh, tidak apa-apa, Wan”. Kataku, sambil berdiri dan berjalan dua langkah ke depan. “Lagi persiapan menyambut ramadhan ya, Wan?” tanyaku kemudian, sambil sesekali melihat senyum istrinya. “Iya ni, Jen. Kan dua hari lagi mau ramadhan” “Biar ibadah kita di bulan ini lebih nyaman” jawab Iwan sambil meneguk air es leci buatan istrinya. Aku hanya manggut-manggut saja sambil masuk ke rumahku. Di dalam rumah aku duduk di kursi rotan buatanku sendiri. Aku pengusaha kursi rotan. Aku goyang-goyang kursi rotanku maju mundur. Aku bayangkan apa yang aku lihat tadi. Iwan dan istrinya sangat mesra. Ada rasa ghibtah* dalam hatiku melihat mereka. Kalau saja sekarang aku sudah punya istri, pastilah sekarang aku juga sibuk membersihkan rumah. Aku mengecat rumah, istriku yang menyapu dan membersihkan halaman, menanam bunga hias, Setelah itu membawakan air minum untukku. Pastilah bahagia sekali aku. Apalagi istri Iwan cantik dan sholehah. Ingin sekali aku punya istri seperti istri Iwan. Tuhan, kapankah jodohku akan Kau sampaikan padaku?. Sudah lama aku mendambakan punya istri sholehah. Bukan saja hari itu jiwaku bergetar. Saban hari pernikahan selalu aku dambakan. Tapi kesibukanku membuat kursi rotan setiap hari, menjadikan aku lupa untuk beristri. Tapi juga setiap aku melihat Iwan dan Istrinya, kuat sekali getaran keinginan untuk cepat beristri. Ah. Aku terlalu sibuk dengan rotan-rotan ini. Ingin saja aku lepaskan usaha rotanku ini, tapi aku kasihan, banyak orang sudah memesan kepadaku. Ada yang hanya minta buatkan kursi golek saja, ada juga yang memesan lengkap untuk keluarga. Kebanyakan yang memesan padaku ini orang yang baru menikah. Baru pindah rumah baru, bersama istri yang baru pula berijab kabul. Ah, kalau mendengar itu bergetarlah jiwa ini. Kuatlah hasrat ingin menikah. Tapi lagi-lagi rotan ini. Di luar Iwan masih sibuk dengan pekerjaannya, tentulah ditemani senyum manis istrinya. *** Ramdhanpun sudah datang ke pangkuan orang-orang yang beriman. Orang yang mengaku berimanpun ikut pula menyambutnya. Banyak harapan-harapan, keinginan-keinginan yang mau mereka ajukan. Macam-macamlah permintaan mereka kepada tuhan. Apalagi mereka tahu pula kalau bulan ini bulan yang doa-doa cepat dikabulkan tuhan. Seperti Iwan, pastilah dia meminta agar diberikan anak yang shaleh dan sholehah. Aku? Tak mungkin secepat itu meminta anak pada Tuhan. Aku sendiri belum beristri. Hanya istrilah satu-satunya permintaanku bulan ramadhan tahun ini. Aku khususkan hanya meminta itu. Khusus bulan ramadhan ini, aku tutup usaha rotanku. Aku mau beribadah sebanyak-banyaknya. Setiap shalat lima waktu, aku ikut berjamaah di masjid. Shalat tarawih aku targetkan tidak pernah ketinggalan. Setiap hari aku targetkan berinfak kepada anak yatim dan orang miskin. Sepertiga malam aku paksakan bangun setiap malam. Dalam sujud-sujudku aku sisipkan doa agar Tuhan memberikan jodoh untuk ku, begitupun doa-doa setelah shalat. Aku benar-benar mengkhusukan hanya doa itulah yang aku panjatkan setiap doa-doaku. “Allaahumma rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wazurriyatinaa kurrata a’yun waja’alnaa lilmuttaqaina imaamaa, Ya, Allah Ya Tuhan ku, berikanlah aku istri, dan jadikanlah istriku dan keturunanku orang menyedapkan mataku, dan jadikanlah aku imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. Disepuluh terakhir ramadhan aku ikut program i’tikaf, berdiam diri di masjid. Aku berharap bisa menemukan dan menyaksikan malam lailatul qadar, malam yang lebih baik dari seribu bulan. Malam itu segala doa diijabah, segala permintaan dikabulkan. Aku rela begadang pada malam-malam ganjil, hanya untuk memanjatkan doa khususku. Malam-malam itu aku habiskan dengan membaca al-qur’an dan berdoa. Ramdhanpun berakhirlah sudah. Syawalpun menjelma sudah. Segala doa sudah aku panjatkan. Semuanyapun aku sudah serahkan kepada Tuhan. Kini sibuklah lagi aku berteman dengan rotan-rotan dan pesanan dari orang-orang. Segala hal inipun sudah aku ceritakan kepada Iwan, aku menginginkan seorang istri yang sholehah. Aku berharap mudah-mudahan Iwan ada mempunyai teman atau teman istrinya yang perempuan. Mudahan pula ada yang cocok denganku, dan mau pula menjadi istriku. Aku tunggu-tunggulah kabar itu dari Iwan. Akupun merasa segala usaha sudah aku lakukan. Biarlah tuhan dengan waktunya yang menentukan harapanku ini. Aku mulailah sibuk membuat kursi-kursi pesanan orang. Ada semangat baru rasanya mengerjakan kursi-kursi ini. Ada rasa doaku pun mulailah terkabul. Sampai akhirnya ada kabar dari Iwan. Catatan: *Ghibtah,lawan sifat dengki, yaitu rasa iri yang menginginkan nikmat yang serupa yang didapat saudaranya tapi tidak menginginkan apa yang didapat saudaranya itu lenyap darinya. Dia tidak sakit hati, tapi berharap mendapatkan juga apa yang didapat saudaranya

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan dikomentari...insya Allah tak bayar sama sekali. Gartis!!!

Entri Populer