Pages

Senin, 09 Mei 2011

jangan berhenti mengasah

Jangan Berhenti Mengasah Diri Oleh : Jumardi* [Image] [Image][Image]lkisah,ada seorang pemuda penebang pohon yang sangat kuat. Ketika melamar pekerjaan pada seorang pedagang kayu, dan langsung mendapatkannya.Gaji dan kondisi kerja yang diterimanya sangat baik.Sang penebang pohon memutuskan untuk bekerja sebaik mungkin. Hari pertama,penebang pohon itu berhasil merobohkan 18 batang pohon.Sang majikan sangat terkesan dan berkata,”Bagus,bekerjalah seperti itu! Sangat termotivasi oleh pujian majikan,pemuda itu bekerja lebih keras lagi.Tapi, di hari kedua dia hanya berhasil merobohkan 15 batang pohon.Hari ketiga, dia kerahkan seluruh kemampuannya,tetapi hanya berhasil merobohkan 10 batang pohon. Hari-hari berikutnya pohon yang berhasil dirobohkannya makin sedikit,”Aku mungkin telah kehilangan kekuatanku,”pikirnya. Pemuda itu menemui majikannya dan meminta maaf, sambil mengatakan tidak mengerti apa yang terjadi. “Kapan saat terakhir kau mengasah kapak?”majikannya bertanya. Mengasah?Saya tidak punya waktu untuk mengasah kapak.Saya sangat sibuk mengapak pohon,”katanya. Orang bisa saja tersinggung dan marah bila diajak berhenti sejenak padahal sedang asyik bekerja. “Saya sibuk.” Dalam kata ini tersirat juga arogansi. Seolah tak ada yang lebih penting dari kesibukkannya tadi.Bagi mereka penganut paham kebendaan,menjeda kesibukan dengan zikir dan shalat adalah sesuatu yang merugikan.Padahal palu dan arit perlu batu asahan. Selebihnya adalah slogan tentang kerja tiada henti dan revolusi tak pernah mati. Bagaimana kondisi fisik dan psikis Anda jika hanya diisi kerja dan kerja.Kerja keras yang menyebabkan Anda merasa paling berhak hidup dengan modal yang sekecil-kecilnya,menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.Denga slogan itulah kapitalisme mengibarkan bendera. Dan merasa paling berhak menguasi dunia. Komunisme yang mengabaikan Tuhan,telah runtuh karena terbang dengan sebelah sayapnya.Demikian pula kapitalis,oleng, karena menuhankan benda.Adapun hamba beriman selalu punya cara untuk mengisi berhenti jenaknya. “Shalat lima waktu,Jumat ke Jumat dab Ramadhan ke Ramadhan,menjadi kaffarat (cover,penutup,penggugur) dosa di antara waktu-waktu tersebut,apabila dosa-dosa besar telah diingatkan,”(HR.Ahmad,Muslim dan Tirmidzi). Ustadz Rahmat Abdullah dalam salah satu tulisannya mengingatkan, Berhenti untuk merenung sejenak, akan memberikan kekuatan baru menghadapi kehidupan yang keras dan membingungkan. Ada cara yang disarankan seorang intelektual muda, seorang sahabat, Muadz bin Jabal ra. “Ijlis bina nu’min sa’ah (duduklah bersama kami,kita perbarui iman sejenak),”(HR.Bukhari). Bahkan agar kita tidak terjebak pada rutinitas ibadah yang bersifat seremonial,al-Quran mengingatkan, “Hendaklah manusia memperhatikan,dari apakah dia diciptakan?”(QS.ath-Thaariq:5).Nazhar(pandang,lihat,perhatikan), yang kelak menjadi nalar,jelas kerja yang termasuk level tinggi dan bukan kegiatan biasa. Dunia adalah jembatan ,karenanya orang tak boleh berhenti dan berlama-lama di sana. Perumpamaan yang dibuat Rasulullah SAW.tentang dunia dan dirinya. “Di dunia ini aku hanyalah seperti seorang musafir yang berteduh dari kepanasan.Saatnya ia harus berangkat ….”Untuk musafir,tidak diisyaratkan harus miskin atau kaya.Jangan dipahami bahwa kitamenyepelekan dunia.Tapi justru isyarat untuk melengkapi bekal dalam urusan dunia. Imam Ali bin Abi Thalib ra berpesan, “Ketahuilah,hari ini adalah hari midhmar(mendiet kuda pacuan agar kuat dan ringan) dan esok adalah sibaq (hari berpacu).Bersiaplah di hari midhmar kamu untuk hari sibaq kamu. Ketahuilah,sesungguhnya barang siapa yang lamban amalnya, tak akan menjadi cepat oleh nasabnya (leluhur,koneksinya).” Di kalangan musafir atau pengelana dikenal empat syarat bagi orang yang akan melakukannya.Keempat syarat itu mencakup : Fisik,Mental,Ilmu dan peralatan.Keempatnya harus ada. Tak ada yang lebih penting,semuanya penting. Dan keempatnya harus dijaga sebagai bekal.Bahkan umat Islam diperingatkan agar tidak meninggalkan jejak berupa generasi yang buruk.Yang lemah alias tidak mempunyai bekal untuk meneruskan perjalanan peradabannya. Merenung sejenak diperlukan untuk mengecas energi sekaligus membangun harapan. Jadi memang,perlu ‘berhenti sejenak’ mencocokan arah kompas, mengukur peta,dan memeriksa bekal perjalanan.Di depan,jalan memebentang panjang,dari belakang kita bisa belajar.Ada musafir yang maghdub ‘alaihim (dimurkai),karena sengaja menyimpang dari jalan kebenaran. Ada yang dhaalliin (sesat),karena berjalan tanpa tahu arah.Berbahagialah mereka yang menempuh jalan lurus (shirat al-mustaqim),bersama orang-orang yang Dia beri nikmat;para Nabi,kaum shiddiqin (jujr,benar),syuhada dan shalihin (QS.al-Fatihah,an-Nisaa:69). Seringkali kita terjebak pada rutinitas dan tanpa sadar telah menjadi robot.Seorang guru/dosen lupa belajar,mahasiwa lupa berikhtiar,penulis berhenti membaca dan dokter mengabaikan kesehatan.Akhirnya mereka menjadi tumpul dan bencana menimpa mereka. Jadi siapapun Anda,jangan lupa mengasah diri. Allahummaj’alna minalladziina an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalliin. *Mahasiswa Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadits Koor.PPSDM al-Fata al-Muntazhar Staf kaderisasi KAMMI Komisariat UIN Riau

Entri Populer